Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.

"Manusya Mriga Satwa Sewaka"

Gigih Fikrillah S, S.K.H. | Hubungi Kami

Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan – Gejala dan Penanganan

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebut juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Aphthae Epizootica (AE). Hewan yang rentan atau peka terhadap PMK adalah hewan berkuku belah. Gejala paling umum yaitu ditemukan lepuh yang berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung dan teracak atau kuku hewan yang terinfeksi.

Sebenarnya pembahasan kita kali ini aga telat sedikit ya teman-teman, tetapi tidak mengapa. Mari kita bahas sisi mendetail mengenai Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan atau yang kita kenal dengan PMK. Sebenarnya PMK disebabkan oleh apa, gejalanya apa, menyerang hewan seperti apa, dan penanganannya gimana. Dan yang paling penting adalah pencegahannya seperti apa, karena lebih baik mencegah daripada mengobati kan…

A. Penyebab PMK

Gejala penyakit mulut dan kuku pada sapi

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebut juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Aphthae Epizootica (AE). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Aphthovirus dari famili Picornaviridae, yang merupakan virus yang berjangkit di sebagian besar belahan dunia, seringkali menyebabkan epidemi yang luas pada sapi. Virus ini memiliki asam nukleat berupa RNA rantai tunggal.

Hingga saat ini terdapat tujuh serotipe virus PMK yang telah dilaporkan (Nuradji et al, 2017), perbedaannya terletak pada mekanisme imunologis. Di antara serotipe tersebut adalah :

  • O (Oise)
  • A (Allemagne)
  • C (German Strain)
  • Asia 1
  • SAT 1 (South African Territories 1)
  • SAT 2 (South African Territories 2)
  • SAT 3 (South African Territories 3)

Sebenarnya Indonesia pernah mengalami beberapa kejadian terkait dengan wabah PMK sebelumnya.

Mulai dari masuknya PMK ke Indonesia pada tahun 1887 di Malang, Jawa Timur yang kemudian menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 1962 penyakit PMK dilaporkan di Bali akibat masuknya ternak secara ilegal dari Jawa Timur dan kasus berhenti pada tahun 1966. Hingga kemudian terjadi wabah di Jawa Tengah pada tahun 1983.

Pada saat itu, vaksinasi dilakukan pada lebih dari 95% ternak yang diduga terserang PMK di Pulau Jawa. Kegiatan pengendalian ini dapat menurunkan jumlah kasus PMK yang terjadi di Indonesia dari tahun 1974 sampai dengan tahun1983. Pembebasan penyakit ini di Indonesia diawali dengan status bebas di Bali pada tahun 1978, Jawa Timur pada tahun 1981, dan Sulawesi Selatan pada tahun 1983. Indonesia dinyatakan bebas penyakit PMK pada tahun 1986 (Soehadji & Setyaningsih 1994).

Indonesia berhasil mendeklarasikan status bebas PMK pada tahun 1986 melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 260/Kpts/TN.510/5/1986 dan kemudian mendapatkan pengakuan dunia terhadap status bebas PMK tanpa vaksinasi sebagaimana tercantum dalam Resolusi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Nomor XI Tahun 1990 (Dikutip dari Humas UNDIP).

Namun, wabah PMK kembali terjadi lagi belakangan ini. Pada bulan Mei 2022, wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dilaporkan di Jawa Timur. Sebanyak 1.247 ternak di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto terserang penyakit ini (Wikipedia, PMK 2022).

Sebagai medis veteriner yang memiliki peranan penting dalam menciptakan kesehatan global, penyebarluasan pengetahuan mengenai biosecurity sangatlah penting. Terutama dalam hal impor dan ekspor hewan ternak dari dan ke berbagai negara yang belum bebas PMK. Bahwa pelaksanaannya harus dilakukan pemeriksaan dan pengamanan yang ketat, atau bahkan jangan dilakukan apabila sudah tahu negara tersebut belum bebas PMK.

B. Hewan yang Rentan

Hewan yang rentan atau peka terhadap PMK adalah hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, domba, rusa. Selain itu juga menyerang babi, unta dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, jerapah dan gajah. PMK tidak menyerang dari hewan ke manusia atau bersifat non zoonosis.

Baca juga artikel mengenai : “Cara Mengobati Sapi Kembung”

C. Gejala Klinis

Pengobatan penyakit mulut dan kuku pmk pada hewan

Seperti penyakit pada umumnya, Penyakit Mulut dan Kuku pada hewan memiliki gejala dengan tingkat keparahan yang beragam, tergantung dari jenis hewan, umur hewan, kesehatan awal hewan atau ada tidaknya penyakit sekunder. Berikut adalah gejala PMK yang umum terjadi pada hewan :

  • Demam (Suhu tubuh di atas normal) bervariasi menurut hewan
  • Ditemukan lepuh yang berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung dan teracak atau kuku hewan yang terinfeksi.
  • Hewan tidak mampu berjalan (pincang)
  • Hipersalivasi atau produksi air liur berlebih
  • Anoreksia atau kehilangan nafsu makan
  • Pada pedet, dengan pemeriksaan post mortem, bisa ditemukan adanya perubahan pada otot jantung (myocardium), yaitu keberadaan garis-garis loreng, putih, abu-abu atau kekuningan yang sering disebut dengan istilah TIGER HEART
  • Pada kambing, domba, dan rusa perlu diperhatikan karena lepuh atau lesi kecil
  • Pada babi gejala yang dominan adalah kelemahan dan lepuh pada teracak

D. Cara Penularan

Morbiditas atau tingkat penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku mencapai 100%, itu artinya penyakit ini sangat mudah untuk menyebar ke berbagai daerah. Sedangkan untuk mortalitas atau tingkat kematian rendah, kecuali pada hewan muda tanpa penanganan bisa mencapai 50%.

  • Kontak langsung (antara hewan yang sakit dengan hewan sehat yang rentan melalui droplet, leleran hidung, dan serpihan kulit)
  • Sisa makanan yang terkontaminasi produk hewan seperti daging dan tulang dari hewan sakit
  • Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui pakaian, sepatu, dan tangan yang terkontaminasi.
  • Benda yang terkontaminasi seperti alat peternakan dan mobil dari dan ke kandang
  • Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut)

E. Diagnosa PMK

Diagnosa Penyakit Mulut dan Kuku dapat dilakukan dengan melihat tanda klinis yang ada pada hewan penderita. Selain itu, juga dapat dilakukan penegakan diagnosa dengan melakukan beberapa pengujian seperti :

  • RT-PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction)
  • ELISA
  • CFT

Diferensial Diagnosa PMK (WOAH) : Stomatitis vesikuler, penyakit vesikuler babi, exanthema vesikuler pada babi, dan infeksi Senecavirus A. Keempat penyakit ini tidak bisa dibedakan secara klinis dengan PMK.

Penyakit-penyakit lain yang memiliki tanda klinis serupa di antaranya penyakit sampar sapi, diare ganas sapi, rhinotrakeitis sapi infeksius, penyakit lidah biru, penyakit hemoragik epizotik, mamilitis sapi, stomatitis papular sapi, orf, demam kataral malignan, dan penyebab noninfeksius seperti trauma atau melepuh akibat zat kimia.

F. Pengobatan

Pengobatan yang bersifat kausatif tidak dapat dilakukan karena PMK disebabkan oleh virus. Pengobatan hanya dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh. Yaitu pengobatan secara suportif dan simptomatis. Sedangkan untuk pencegahannya yaitu selalu lakukan biosecurity kandang. Benda yang keluar masuk peternakan seperti alat peternakan dan transportasi, juga manusia harus bersih. Bisa dilakukan dengan cara penggunaan desinfektan.

Memaksimalkan sanitasi kandang. Dan segera laporkan bila hewan ternak memiliki indikasi Penyakit Mulut dan Kuku kepada dinas kesehatan hewan atau dokter hewan yang bertugas di daerah tersebut. Melakukan vaksinasi PMK pada hewan ternak dengan recording yang jelas.

Baca juga artikel mengenai : “Cara Pemberian Pakan pada Sapi Agar Gemuk”

G. Pertanyaan Seputar PMK

1. Apakah daging dan susu dari hewan ternak yang terserang PMK aman dikonsumsi ?

Daging dan susu aman untuk dikonsumsi. Daging dapat dipanaskan hingga mencapai 70°C selama 30 menit, pada suhu ini virus PMK akan mati. Selain itu, setelah ternak disembelih, secara alamiah terjadi proses rigor mortis yang dapat mengakibatkan pH daging menjadi turun dibawah 5,9.

Berdasarkan penelitian bahwa pada pH tersebut virus PMK inaktif. Sedangkan pada susu, upaya jaminan keamanan dilakukan minimal dengan pasteurisasi pada suhu 72°C selama 15 detik.

Meski demikian, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut ada bagian-bagian tertentu dari sapi dengan PMK yang harus dihindari untuk dikonsumsi. Bagian-bagian adalah bagian kaki, organ dalam atau jeroan, dan bagian mulut seperti bibir dan lidah (Dikutip dari berita Kompas – Azanella, 2022).

2. Apakah Penyakit Mulut dan Kuku bisa menular ke manusia ?

Jawabannya adalah tidak. Penyakit ini tidak bersifat zoonosis. Hanya saja tingkat penularan dari hewan terjangkit ke hewan sehat yang rentan sangatlah tinggi.

Terima kasih telah membaca artikel seputar PMK. Semoga Indonesia lekas sembuh dan terbebas dari PMK. Manusya Mriga Satwa Sewaka dan Viva Veteriner !

Daftar Pustaka :

  • Humas Universitas Diponegoro. Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak dalam Pandangan Pakar FPP UNDIP. Diakses pada tanggal 11 Juli 2022.
  • Azanella, Luthfia Ayu. 2022. “Cara Konsumsi Daging Sapi di Tengah Wabah PMK”. Diakses melalui Kompas pada tanggal 11 Juli 2022 melalui perangkat komputer.
  • Nuradji, H., Wiyono, A., Rochmah, A., & Farma, P. V. 2017. Kontrol Positif Sintetik untuk Deteksi Penyakit Mulut dan Kuku dengan Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
  • OIE – WOAH (World Organization for Animal Health)
  • Soehadji dan Setyaningsih H. 1994. The experiences of Indonesia in the control and eradication of foot-and-mouth disease. In: Copland JW, Gleeson LJ, Chamnanpool C, editors. Diagnosis Epidemiol Foot and Mouth Dis Southeast Asia. Proceedings of an International Workshop, Lampang, Thailand, 6-9 September 1993. Canberra (Australia): ACIAR 51:64-69.
  • Wikipedia. Penyakit Mulut dan Kuku. Diakses pada tanggal 11 Juli 2022. Melalui Google Chrome.
Drh. Gigih Fikrillah S
Drh. Gigih Fikrillah S

Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.

Articles: 245

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *