Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.

"Manusya Mriga Satwa Sewaka"

Gigih Fikrillah S, S.K.H. | Hubungi Kami

Gejala dan Penularan Septicaemia Epizootica – SE pada Ternak

Penyakit merupakan hal yang merugikan bagi manusia. Hal tersebut dirasakan oleh para peternak yang menemukan hewan ternaknya mati akibat terserang penyakit. Bahkan terkadang, tidak sedikit kerugian yang harus mereka tanggung.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas paramedis veteriner dan dokter hewan untuk membantu para peternak mencegah ternaknya sakit maupun menangani ternak yang sakit. Sehingga, kematian ternak akibat penyakit dapat diminimalisir.

DOWNLOAD PDF – Penyakit SE pada Ternak

Salah satu penyakit hewan ternak yang sering dijumpai di lapangan adalah penyakit Septicaemia Epizootica atau SE pada ternak. Di Indonesia, beberapa peternak menyebut penyakit SE dengan penyakit ngorok.

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai penyebab terjadinya penyakit Septicaemia Epizootica atau SE pada ternak, serta gejala, phatogenesis, dan cara penularan penyakit Septicaemia Epizootica (SE).

A. Penyebab Septicaemia Epizootica (SE)

Septicaemia Epizootica atau SE pada ternak adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Di Indonesia sendiri penyakit Septicaemia Epizootica disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida tipe B.

Sedangkan Pasteurella multocida tipe A merupakan jenis bakteri yang menyebabkan Fowl Cholera pada ayam. (Tyasningsih, 2010).   Pasteurella multocida merupakan bakteri gram negatif bipolar yang memiliki bentuk coccobacillus. Pada fase pertumbuhannya, tidak ditemukan adanya spora.

Selain itu, bakteri Pasteurella multocida pada usia muda memiliki kapsul pada bagian luarnya, sedangkan di usia tua kapsul tersebut akan menghilang.   Biasanya penyakit Septicaemia Epizootica atau SE menyerang ternak besar seperti kerbau dan sapi. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyerang domba, kambing, dan kuda serta hewan non ruminansia seperti babi.

Meskipun demikian, kebanyakan kasus SE ditemukan pada sapi dan kerbau dengan menunjukkan beberapa gejala tertentu.

Baca juga : ” Penyakit Hog Cholera pada Babi “

B. Gejala Septicaemia Epizootica (SE)

Gejala Klinis adalah suatu anomali yang berkaitan dengan kondisi tubuh hewan dan dapat dilihat dan diamati dengan mata. Septicaemia akan menunjukkan beberapa gejala pada hewan yang sudah terinfeksi.

Secara umum, gejala penyakit SE pada ternak ditandai dengan adanya oedema pada beberapa bagian bawah tubuh seperti leher, perut, hingga kaki bagian belakang. Gejala penyakit SE terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu bentuk busung, bentuk pectoral, dan bentuk intestinal. (Tyasningsih, 2010)

Septicaemia Epizootica bentuk busung menunjukkan adanya gembung pada beberapa daerah tertentu, seperti leher, kepala, tenggorokan, dan kaki. Persentase kematian yang terjadi pada SE bentuk busung mencapai 90%.

Sebelum terjadinya kematian, ternak yang terserang terutama ternak besar seperti sapi dan kerbau akan mengalami ngorok, merintih, gigi gemertak akibat demam, dan kesulitan dalam bernapas. Kematian berlangsung sekitar 3 sampai 7 hari setelah infeksi terjadi.

Septicaemia Epizootica bentuk pectoral menunjukkan gejala yang terjadi pada sistem respirasi (pernafasan). Hal tersebut berupa bronchopneumonia diikuti dengna keluarnya ingus pada hidung. SE bentuk pectoral akan menginfeksi hewan ternak dalam waktu 7 sampi 21 hari.

Selama berlangsung, SE bentuk pectoral menunjukkan beberapa ciri seperti keluarnya air mata secara terus menerus, diare yang sulit disembuhkan, hingga batuk berat.

Septicaemia Epizootica bentuk intestinal menyerang bagian sistem digesti (pencernaan), terutama bagian usus sebagai alat absorbsi pada hewan ternak. SE bentuk intestinal memiliki gejala diare disertai adanya bintik darah pada fesesnya.

Baca juga : ” Penyakit Berak Darah (Koksidiosis) pada Ayam “

C. Phatogenesis Septicaemia Epizootica (SE)

Pasteurella multocida merupakan bakteri yang terdapat pada nasopharynx. Bakteri dapat menyebabkan hewan ternak sakit apabila kekebalan tubuhnya sedang tidak baik.

Seperti kelelahan, dehidrasi, kekurangan makanan, transportasi yang lama, dan perubahan musim yang ekstrem. Setelah imunitas tubuh menurun, bakteri Pasteurella multocida akan mengeluarkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut berfungsi untuk memudahkan penyebaran bakteri dengan cara merusak jaringan di sekitarnya.

Bakteri kemudian akan turun dari nasopharynx menuju paru, merusak jaringannya dan mengakibatkan penyakit pneumonia. Pada rongga pleura, akan ditemukan adanya cairan dan bahan fibrinosus yang dapat menyebabkan kematian pada ternak. (Tyasningsih, 2010)

Kemudian, apabila ternak batuk bakteri bersamaan dengan sputum (Dahak)akan keluar menuju rongga mulut dan tertelan masuk ke dalam sistem pencernaan osephagus menuju lambung.

Pateurella multocida menyerang sistem pencernaan terutama di bagian usus. Adanya infeksi di bagian sistem pencernaan membuat ternak megalami diare berdarah. Hal tersebut ditandai dengan adanya bintik darah pada feses.

Setelah usus, bakteri akan melakukan transportasi menuju aliran darah bersamaan dengan absorbsi nutrisi. Hal tersebut membuat ternak mengalami Septicaemia. Aliran darah bersamaan dengan bakteri akan sampai pada organ target seperti limpa dan hati, sehingga menyebabkan terjadinya haemorraghic (pendarahan pada organ tersebut).

Hal tersebut membuat penyakit Septicaemia Epizootica atau SE pada ternak dikenal juga dengan penyakit Haemorraghic Septicaemia (HS).

Baca juga : ” Penyakit BEF (Demam Tiga Hari) pada Sapi “

Selanjutnya, bakteri yang mengalami lisis (pecah) akan mengeluarkan endotoksin, kemudian ikut bersama aliran darah menuju hypothalamus.

Adanya endotoksin di Hypothalamus membuat sistem pengaturan panas terganggu sehingga terjadi demam. Enzim hyaluronidase yang dihasilkan oleh bakteri akan mengganggu permeabilitas kapiler pada pembuluh darah.

Hal tersebut memicu terjadinya oedema (pendarahan), khususnya pada beberapa daerah tubuh bagian bawah seperti leher, perut, dan kaki bagian belakang.

Oedema yang terjadi di daerah pharynx dapat menjalar menuju epiglotis. Hal tersebut membuat pita suara tertekan dan terjadilah suara ngorok atau mendengkur.

Oleh karena itu, penyait Septicaemia Epizootica dikenal juga dengan istilah penyakit ngorok.

D. Penularan Septicaemia Epizootica (SE)

Penularan penyakit septicaemia epizootica atau SE pada ternak dapat terjadi melalui kontak secara langsung. Seperti melalui makanan dan minuman tercemar, peralatan yang terkontaminasi bakteri, serta ekskreta hewan yang sakit seperti feses dan ludah.      

E. Kesimpulan

Septicaemia Epizootica atau SE pada ternak dikenal juga dengan penyakit ngorok pada ternak. Penyakit SE merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multicoda tipe B. Di mana pateurella multocida merupakan bakteri yang menempati nasopharynx bagian atas.

Apabila sistem imunitas tubuh sedang tidak baik, maka bakteri dapat menginfeksi saluran pernafasan dan berlanjut menuju saluran pencernaan.

Gejala klinis yang terlihat secara umum adalah terjadinya oedema pada beberapa bagian tubuh terutama daerah ventral (bawah) seperti leher, perut, dan kaki bagian belakang.

Penularan penyakit Septicaemia Epizootica (SE) dapat terjadi melalui kontak secara langsung, baik peralatan yang tidak bersih, makanan dan minuman, maupun ekreta hewan terserang seperti feses dan ludah.

Daftar Pustaka :

  • Priadi, Adin., Lily Natalia. 2000. Patogenesis Septicaemia Epizootica (SE) pada sapi/kerbau:Gejala Klinis, Perubahan Patologis, Reisolasi, Deteksi Pasturella Multocida dengan media kultur dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Bogor : Balai Penelitian Veteriner
  • Tyasningsih, Wiwik. 2010. Penyakit Infeksius I. Surabaya : Airlangga University Press
Drh. Gigih Fikrillah S
Drh. Gigih Fikrillah S

Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.

Articles: 245

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *