Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.

"Manusya Mriga Satwa Sewaka"

Gigih Fikrillah S, S.K.H. | Hubungi Kami

Bahaya Penyakit Malleus pada Kuda

Penyakit malleus pada kuda merupakan penyakit menular “Zoonosis”. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penyakit malleus menyerang ternak berkuku satu bangsa Equidae seperti kuda, keledai, dan Bagal. Namun, spesies rentan yang memiliki banyak riwayat penyakit Malleus adalah kuda.

Penyakit malleus pada kuda merupakan penyakit menular “Zoonosis”. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah penyakit malleus menyerang ternak berkuku satu bangsa Equidae seperti kuda, keledai, dan Bagal. Namun, spesies rentan yang memiliki banyak riwayat penyakit Malleus adalah kuda.

Kejadian pada manusia dan bangsa karnivora jarang terjadi. Namun, tetap bisa terjadi pada keduanya. Bahkan, pernah dilaporkan kasus manusia meninggal akibat tertular penyakit malleus.

DOWNLOAD PDF – Bahaya Penyakit Malleus pada Kuda

Selain itu, babi dan domba juga bisa tertular meskipun kejadiannya sangat jarang. Mencit dan marmut adalah hewan coba yang sangat peka, sedangkan kelinci kurang peka.

Penyakit Malleus pada kuda disebut juga dengan penyakit glanders, Boosaarddige Droes, Farcy, Droes, Rotz, dan Ingus Jahat. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah Asia, Eropa Timur, dan Afrika Utara. Penyakit ini menimbulkan gangguan saluran pernafasan bagian atas, paru, dan kulit.

A. Penyebab Malleus

Penyakit Malleus pada kuda disebabkan oleh bakteri Pseudomonas mallei. Bakteri ini berbentuk batang langsing pada biakan muda, sedangkan pada biakan tua berbentuk pleomorfik dari cocoid bipolar sampai bentuk benang yang patah-patah. (Tyasningsih, 2010)

Bakteri Pseudomonas mallei bersifat nonmotil. Meskipun begitu, berdasarkan sifat DNA yang dimilikinya bakteri ini termasuk ke dalam genus Pseudomonas.

Sehingga, bakteri Pseudomonas mallei merupakan satu-satunya bakteri dari genus Pseudomonas yang tidak bisa bergerak. Selain nonmotil, bakteri ini juga tidak membentuk spora, tidak memiliki kapsul, dan bersifat gram negatif. Pseudomonas mallei merupakan bakteri dengan daya tahan yang rendah.

Ia hanya bisa bertahan di luar lingkungan tubuh hewan yang lembab sekitar 2-3 bulan. Meskipun demikian, Pseudomonas mallei merupakan bakteri phatogen yang bersifat zoonosis. Sehingga sangat berbahaya jika ada di sekitar hewan dan manusia.    

Baca juga : ” Prolapsus Uteri pada Sapi “

B. Phatogenesis Malleus

Berdasarkan gejala klinis yang timbul, penyakit Malleus pada kuda terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu bentuk hidung, bentuk paru, dan bentuk kulit. Namun, ketiga bentuk tersebut dapat terjadi secara bersamaan.   Apabila infeksi terjadi melalui inhalasi (saluran nafas), maka akan terjadi rhinitis yang diikuti oleh erosi selaput lendir hidung.

Bakteri Pseudomonas mallei memiliki enzim proteolitik yang bisa menyebabkan iritasi pada mukosa, sehingga akan timbul ulcera.

Ulcera yang kering akan menjadi keropeng, kemudian berlanjut pada timbulnya sikatrik yang berbentuk bintang. Akibat gangguan pernafasan yang terjadi, maka kuda akan mengalami kesulitan bernafas dan batuk.

Jika infeksi terjadi melalui mulut, bakteri akan menuju saluran pencernaan lain. Mengeluarkan enzim proteolitik, sehingga terjadi kerusakaan mukosa. Kembali terjadi ulcera, namun tidak mengering karena di dalam saluran pencernaan selalu basah.

Selanjutnya, bakteri akan menembus pembuluh darah, mengikuti aliran darah hingga menuju pulmo (paru) dan septum nasi. Akibatnya, bakteri dapat menular melalui feses, urine, air liur, dan ingus kuda.

Bila bakteri menular melalui kulit, maka bakteri akan menembus pembuluh darah dan masuk ke dalam pembuluh limfe. Kemudian membentuk nodul sepanjang pembuluh limfe. Apabila nodul-nodul tersebut pecah, maka akan terbentuk ulcera yang bernanah.    

C. Cara Penularan Penyakit Malleus

Kuda merupakan reservoir penyakit malleus dengan penularan yang dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Penularan tidak langsung terjadi melalui tempat pakan, tempat air minum, bahan pakan, alas kandang, dan pakaian kuda atau pelana.

Manusia dapat tertular penyakit malleus melalui kontak langsung, seperti adanya luka terbuka pada kulit saat membersihkan kuku kuda, atau memandikannya.

Penularan lain juga dapat terjadi melalui mulut, juga saluran pernafasaan saat kuda batuk. Hewan karnivora juga dapat tertular jika memakan daging kuda yang terserang malleus.

Baca juga : ” Taeniasis pada Babi “

D. Gejala Klinis Penyakit Malleus

Gejala awal terjadinya penyakit Malleus pada kuda tidak terlihat spesifik. Kondisinya menurun, bulunya tidak mengkilat dan kasar, serta mudah lelah, dan mengalami batuk kering.

Gejala klinis ditunjukkan sebagai akibat adanya lesi di saluran pencernaan, yaitu batuk kering disertai keluarnya lendir kuning bercampur darah melalui lubang hidung.

Pada batuk akut, kuda mengalami demam disertai bersin (nasal discharge), selanjutnya proses beralan secara periodik hingga terjadi penyempitan cuping hidung. Pembengkakan terjadi pada kelenjar getah bening Submaxillary. Apabila dipegang, kuda akan merasa kesakitan.

Kondisi yang semakin parah akan menyebabkan kegagalan respirasi (respiratory distress). Jika sudah demikian, kuda dapat mengalami kematian setelah 2 minggu.   Gejala malleus pada kulit dapat dilihat adanya lesi pada kulit kaki depan. Namun, pada bagian tubuh yang lain juga dapat ditemukan gejalanya.

Malleus bentuk kulit (farcy) biasanya dapat ditemukan di sepanjang garis limphatik yang ada di kulit. Di dalamnya, terbentuk ratusan nodul yang apabila pecah dapat mengeluarkan nanah. Jika sudah kering, maka akan meninggalkan bekas luka di kulit.

E. Pengendalian Penyakit Malleus

Pengendalian penyakit malleus pada kuda terbagi menjadi dua tahapan, yaitu pengobatan dan pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor-faktor yang bisa memicu timbulnya penyakit malleus. Sedangkan pengobatan dilakukan dengan pemberian terapi obat-obatan tertentu.

Namun, sebelum dilakukan pengobatan. Lebih baik dilakukan diagnosa terlebih dahulu. Diagnosa dapat dilakukan dengan “intradermo palpebral mallein test”. Yaitu dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml konsentrat mullein 5 mm di bawah pelupuk mata.

Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kebengkakan lokan dan mukopurulent discharge yang terjadi 1 hingga 3 hari setelah pengujian.

1. Pengobatan

Pengobatan penyakit malleus pada kuda dapat dilakukan dengan pemberian sulphadimidine, nitrofurans dan polymyxin. Namun, pengobatan tidak dianjurkan karena hewan yang diobati tidak sembuh total sehingga berpotensi carrier. Sedangkan pemberian sulfadiazine pada manusia dan mencit efektif untuk mengobati penyakit malleus.    

2. Pencegahan

Tidak ada vaksinasi yang efektif untuk mencegah penyakit malleus pada kuda. Jika wabah sudah terjadi, maka ternak sebaiknya dikarantina dan diuji dengan mallein test dalam kurun waktu 28 hari.

Jika terdapat ternak positif, maka ternak harus segera dipotong, dibakar, atau dikubur. Selanjutnya diterapkan program desinfeksi secara teratur agar bakteri Pseudomonas mallei tidak tumbuh kembali.

Baca juga : ” Penyakit yang Sering Menyerang Ternak Kuda “

F. Kesimpulan

Malleus merupakan penyakit zoonosis yang bersifat akut maupun kronis. Malleus disebabkan oleh bakteri gram positif nonmotil dari genus Pseudomonas, yaitu Pseudomonas mallei.

Penyakit malleus pada dasarnya hanya menyerang bangsa equidae seperti kuda, keledai dan bagal. Meskipun jarang terjadi, kajadiannya juga bisa ditemukan pada hewan lain seperti anjing, babi, dan domba.

Gejala klinis yang dapat terjadi akibat penyakit Malleus adalah kulit kasar, nafsu makan menurun, dan kondisi yang semakin lemah. Gejala lain yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan putih kekuningan bercampur darah dari lubang hidung. Hal tersebut merupakan manifestasi dari adanya lesi di dalam saluran pernafasan.

Terima kasih telah membaca artikel mengenai malleus atau glanders pada kuda. Apabila ada kritik dan saran mohon masukkan dalam kolom komentar. Ucapan terima kasih juga akan kami balas dengan senang hati. Viva Veteriner !

Daftar Pustaka :

  • Direktorat Kesehatan Hewan. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia.  Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
  • Tyasningsih, Wiwiek., dkk. 2010. Buku Ajar Penyakit Infeksius I. Surabaya : Airlangga University Press.  
Drh. Gigih Fikrillah S
Drh. Gigih Fikrillah S

Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.

Articles: 245

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *