Peternakan sapi merupakan bagian penting dari industri peternakan dan berperan krusial dalam menyediakan daging dan produk lainnya untuk konsumsi manusia dan berbagai industri lainnya. Memperoleh anak sapi dengan kualitas yang baik merupakan salah satu tujuan dari usaha peternakan sapi.
Anak sapi yang memiliki kualitas baik dapat diperoleh dari manajemen induk sapi yang berkualitas, namun jumlah yang didapatkan cukup terbatas karena meskipun menggunakan indukan sapi yang berkualitas, hanya dapat menghasilkan satu anak sapi setiap tahunnya. Oleh karena itu, terdapat hal lain yang bisa dimaksimalkan dari usaha peternakan sapi, yaitu selalu mengusahakan satu induk sapi menghasilkan satu anakan setiap tahunnya (Beef Elite, 2015).
Dengan menggunakan teknik transfer embrio pada sapi, dapat diusahakan setiap induk sapi memiliki anak dengan tanggal kebuntingan yang sama menggunakan teknik superovulasi.
A. Pengertian Transfer Embrio pada Sapi
Transfer embrio merupakan serangkaian proses pengambilan early developing embryo dari sapi betina donor kemudian meletakkannya atau memindahkannya di saluran reproduksi sapi betina penerima (recipient) yang bagus.
Proses transfer embrio (TE) diawali dengan seleksi pejantan dan betina donor serta betina penerima (recipient) sehingga hasil embrio transfer memiliki genetik yang unggul. Seleksi dapat dilakukan dengan cara evaluasi struktur anatomi, pemeriksaan darah, evaluasi testis dan semen pejantan untuk pejantan, kemudian ovarium dan ovum, fertil, struktur anatomi bagus, dan memiliki kualitas susu yang bagus untuk betina resipien sehingga keturunan yang dihasilkan dapat tumbuh secara maksimal.
Induk sapi yang berkualitas setidaknya dapat menghasilkan 7-10 anak sapi selama masa hidupnya, sedangkan dengan ET mereka dapat menghasilkan setidaknya 30-40 anak sapi selama masa hidupnya (Beef Elite, 2015). Hal ini memungkinkan untuk dapat dilakukan progeny test pada pejantan dengan cepat karena untuk meningkatkan akurasi progeny test dibutuhkan minimal 10 keturunan dari pejantan tersebut. Transfer embrio juga dapat digunakan untuk meningkatkan populasi dari ras ternak yang sudah mulai langka.
Beberapa istilah yang perlu dipahami sebelum mengenal lebih jauh mengenai ET adalah estrus dan siklus estrus (Beef Cattle, 2015).
- Estrus : Periode di mana sapi betina siap untuk kawin
- Siklus estrus : Waktu yang dibutuhkan sapi dari estrus satu ke estrus berikutnya, lama waktunya sekitar 21 hari pada sapi betina.
- Gamet : Sel germinal jantan atau betina, ovum atau spermatozoa
- Conceptus : Telur atau ovum yang sudah dibuahi, embrio, atau fetus
- Gestasi : Bunting
- Parturisi : Partus atau peristiwa kelahiran keturunan
B. Prosedur atau Cara Transfer Embrio pada Sapi
Setelah mengetahui beberapa istilah penting yang digunakan dalam transfer embrio, berikut adalah prosedur transfer embrio pada sapi :
- Superovulasi pada betina donor sehingga proses ovulasi pada sapi dapat segera terjadi dengan jumlah yang banyak. Superovulasi dilakukan dengan memberikan preparat hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk menstimulasi ovarium untuk melepaskan ovum
- 12 Jam setelah terjadi standing estrus, dilakukan Inseminasi Buatan pada betina donor menggunakan dua straw berisi semen beku untuk menyesuaikan jumlah ovum yang terbentuk
- 7 hari setelah estrus, betina donor dilakukan flushing untuk mengambil embrio dari tuba fallopii
- Koleksi embrio dilakukan dengan flushing embrio, diawali dengan anestesi epidural pada betina donor daerah sacrum terakhir dan coccygea pertama dengan lidocaine 2% untuk mengurangi kontraksi rektum dan saluran reproduksi betina
- Palpasi rectal dilakukan kemudian mencuci vulva dan perineum dengan air dan dikeringkan dengan tisu, setelah itu asisten mempersiapkan Foley catheter dengan memasangkan stilet gun agar kateter dapat lurus dan kaku saat dimasukkan ke dalam organ reproduksi betina donor
- Lebarkan vulva dengan bantuan asisten sehingga kateter dapat masuk ke dalam vagina tanpa mengkontaminasi kateter. Dengan palpasi secara per rektal lakukan fiksasi pada servik dan masukkan ujung kateter melewati servik, kemudian dorong kateter sampai berada di corpus uteri.
- Ketika kateter sudah berada di corpus uteri lalu dorong sampai ujung kateter mencapai salah satu cornua uteri, kemudian asisten memasukkan udara ke dalam kateter menggunakan spuit untuk menggelembungkan balon. Setelah balon dikembungkan, pasangkan clamp pada kateter dengan hemostat
- Kemudian stilet bisa diambil dan diletakkan pada bungkus steril untuk nanti digunakan kembali pada cornua uteri di sebelahnya
- Lalu asisten akan memasangkan selang connector pada kateter, selang inflow dihubungkan dengan media flushing dan selang outflow dihubungkan dengan tabung filter embrio
- Keluarkan feses pada rektum, buka clamp pada selang inflow untuk memasukkan media flushing ke cornua uteri. Setelah itu pasangkan clamp pada selang inflow dan buka selang outflow sehingga media flushing mengalir dari selang outflow kemudian masuk ke tabung filter embrio yang berfungsi untuk menyaring embrio agar tidak ikut terbuang dengan media flushing. Lalu buang udara dari balon pada kateter menggunakan spuit dan lepaskan atau tarik kateter keluar dari saluran reproduksi betina.
- Setelah embrio pada cornua uteri sebelah kanan sudah dilakukan flushing, lanjutkan dengan melakukan hal yang sama pada cornua uteri sebelah kiri. Ketika flushing embrio selesai, embrio dapat dibawa ke dalam laboratorium untuk dipindahkan pada cawan petri dan dilakukan identifikasi embrio
- Di Laboratorium, dilakukan processing untuk membuat embrio beku (Frozen Embryo)
Baca juga artikel mengenai : ” Inseminasi Buatan pada Sapi “
C. Metode Thawing Straw Frozen Embryo
Setelah melalui serangkaian proses di laboratorium, embrio beku dapat digunakan, pelaksanaannya hampir mirip dengan pelaksanaan inseminasi buatan. Namun yang perlu diperhatikan adalah proses thawing. Berikut adalah metode thawing straw frozen embryo :
- Siapkan cawan petri berisi media, serum, dan gliserol 7,5% (petri I), gliserol 5% (petri II), gliserol 2,5% (petri III), dan tanpa gliserol (petri IV) serta water bath 37°C
- Keluarkan straw embrio beku dari nitrogen cair, biarkan di udara selama 10 detik, masukkan ke dalam air hangat 37°C selama 4 detik
- Bersihkan air yang melekat pada bagian luar straw dengan kertas tisu steril
- Buka kemasan embrio, tuang isinya ke dalam petri I, diamkan selama 10 menit sambil periksa keberadaan dan kualitas embrio dengan dissecting mikroskop perbesaran 25-40x
- Lakukan degliserolisasi bertahap dengan cara memindahkan embrio ke petri II sampai dengan petri IV, diamkan masing-masing petri selama 10 menit
- Cuci embrio 3x dengan media transfer, selanjutnya masukkan embrio ke dalam straw untuk siap ditransfer pada betina resipien. Saat melakukan transfer, pastikan agar gun menuju cornua uteri sehingga proses pelekatan embrio dapat terjadi.
Frozen Embryo atau Embrio sapi yang beku merupakan embrio sapi yang telah disimpan dalam keadaan beku pada suhu yang sangat rendah untuk kemudian digunakan dalam teknik transfer embrio. Teknik ini dikenal sebagai kriopreservasi (DocTalk, 2015). Proses pembekuan embrio sapi ini sangat penting dalam industri peternakan modern karena membuka peluang untuk menyimpan dan mengangkut embrio sapi yang berkualitas tinggi ke seluruh dunia.
Beberapa keuntungan menggunakan frozen embryo sapi di antaranya adalah memaksimalkan pemanfaatan genetik. Dengan membekukan embrio sapi berkualitas tinggi, peternak dapat menyimpan dan mengangkut materi genetik yang bernilai tinggi ke berbagai lokasi di seluruh dunia. Hal ini memungkinkan akses ke genetika unggul yang mungkin sulit atau mahal untuk diperoleh jika menggunakan metode tradisional seperti pengiriman hewan hidup.
Selain itu, proses pengangkutan juga akan lebih aman dan efisien. Embrio sapi yang telah dibekukan dapat diangkut dengan cara yang lebih aman dan efisien daripada mengangkut hewan hidup. Pengiriman embrio memerlukan biaya lebih rendah, mengurangi risiko terkait dengan perjalanan jarak jauh, dan meminimalkan stres pada hewan.
Dengan menggunakan transfer embrio pada sapi, peternak sapi dapat dengan cepat meningkatkan kualitas genetik secara keseluruhan dari ternak. Selain itu, transfer embrio juga memungkinkan peternak untuk melestarikan genetika yang langka atau berharga dan mengatasi keterbatasan yang ditimbulkan oleh jarak geografis atau masalah kesehatan pada sapi donor asli. Penelitian mengenai embrio transfer harus terus dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal (UTIA, 2012).
D. Manfaat Transfer Embrio pada Sapi
Terdapat beragam manfaat yang bisa didapatkan ketika dilakukan transfer embrio pada sapi, yang seluruh manfaatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu peningkatan produktivitas sapi. BET Cipelang menyebutkan beberapa manfaat atau peran transfer embrio secara umum sebagai berikut :
- Terobosan untuk peningkatan kualitas ternak sapi perah dan potong melalui peningkatan mutu genetik
- Terlaksananya percepatan peningkatan mutu genetik ternak nasional
- Pemenuhan kebutuhan bibit sapi yang berkualitas
- Pemenuhan Calon Pejantan untuk Balai Inseminasi Buatan (BIB) Nasional/Daerah
- Mendukung kebijakan pemerintah terutama dalam mengurangi Impor bibit sapi (Bull dan Donor) dari Luar negeri yang harganya sangat mahal.
- Menunjang upaya pemuliaan dan pemurnian ternak lokal (Plasma Nutfah)
- Tersedianya bibit ternak lokal dengan mutu genetik unggul
Daftar Pustaka
- Beef Elite. 2015. Embryo Transfer: Beef Youtube diakses pada 30 Juli 2023 pukul 11:00 WIB.
- BET Cipelang. Transfer Embrio pada Sapi. Diakses melalui website BET Cipelang. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
- DocTalk. 2015. DocTalk – Embryo Transfer – November 30, 2015. Melalui Youtube diakses pada 30 Juli 2023 pukul 13.00 WIB.
- UTIA. 2012. Embryo Transfer : Dr. Neal Schrick of University of Tennessee AgResearch discribes is research in cattle embryo transfer. Melalui Youtube diakses pada 30 Juli 2023 pukul 12:35 WIB.