Sebelum membahas lebih detail mengenai obat hewan Acepromazine Maleate, mulai dari penulisan artikel ini, kita akan mulai membahas mengenai obat hewan. Karena sebagai dokter hewan, selain memahami suatu patogenesis dan diagnosa, seorang dokter hewan juga harus mempu memberikan resep obat sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin bagus obat yang dipilih, maka akan semakin cepat pula proses kesembuhannya.
Acepromazine maleate merupakan derivat dari Phenotiazine, memiliki warna kuning, tidak berbau, dan memiliki rasa yang pahit. Sama seperti beberapa obat hewan yang lain, Acepromazine maleate sebaiknya disimpan di tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung.
Sediaan dalam bentuk tablet (padat) harus disimpan dalam wadah atau container yang rapat. Untuk Acepromazine maleate dengan sediaan injeksi (cair) sebaiknya dsimpan dalam keadaan beku.
Biasanya Acepromazine maleate digunakan dengan kombinasi obat tertentu seperti Atropin, Buprenorphine, Chloral Hidrat, Ketamin, Meperidin, Oxymorphone, dan Xylazine HCl.
• Farmakologi
Acepromazine merupakan agen phenothiazine neuroleptic. Saat ini, mekanisme kerja belum sepenuhnya dipahami, Phenotiazine memblokir reseptor dopamin pascasinaps di Central Neuron System (CNS), serta dapat menghambat pelepasan dan peningkatan kadar pelepasan dopamin.
Obat ini bekerja pada beberapa bagian sistem aktivasi retikuler sehingga dapat melakukan kontrol terhadap temperatur tubuh, metabolisme basal, emesis, kesehatan vasomotor, keseimbangan hormonal, dan kesadaran. Selain ini, Phenotiazin memiliki derajat yang variatif terhadap efek blocking antikolinergik, antihistamin, antispasmodik, dan alfa adrenergik.
Farmakoterapi utama yang diinginkan dalam pengunaan Acepromazin di bidang medical veterinary adalah sebagai Tranquilizer. Tranquilizer merupakan obat penenang yang dirancang khusus untuk pengobatan berbagai rasa seperti rasa kecemasan, ketakutan, ketegangan, agitasi, dan gangguan pikiran, khususnya untuk mengurangi keadaan kecemasan dan ketegangan.
Beberapa efek dari Acepromazine juga memiliki aktivitas seperti antiemetik, antispasmodik, dan penanganan hipotermia. Beberapa peneliti melaporkan bahwa Acepromazin memiliki aktivitas lain berupa antikonvulsan, tetapi dalam medis veteriner, Phenotiazin tidak boleh digunakan pada hewan yang mengalami epilepsi atau mereka yang rentan mengalami kejang (seperti paca myelografi).
Penurunan dosis pada hematokrit terlihat 30 menit setelah pemberian obat pada anjing dan dan kuda. Pada kuda, nilai hematokrit dapat menurun hingga 50% dari dosis awal, akibat terjadinya peningkatan skuestrasi splenik pada eritrosit.
Selain dapat menurunkan tekanan darah arterial pada anjing, Acepromazine juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan vena sentralis, hal ini termasuk efek bradikardia dan blok sinoatrial. Bradikardia dapat ditiadakan dengan efek reflek takikardia sekunder untuk menurukan tekanan darah.
Baca juga artikel mengenai : ” Singkatan Istilah Latin dalam Resep Obat “
• Indikasi
Pada anjing dan kucing, Acepromazine digunakan sebagai penenang, gatal-gatal (aktivitas menggaruk berlebih) yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, antiemetik, dan agen pre anestetik. Pada babi, sapi, kelinci, domba, dan kambing Acepromazine dilarang untuk digunakan.
• Kontraindikasi
Acepromazine memiliki efek hipotensi, sehingga dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami hipopolemik atau syok. Phenotiazin secara relatif, dikontraindikasikan pada pasein yang mengalami tetanus atau intoksikasi strignin yang disebabkan efek sistem ekstapiramidal. Penggunaan Acepromazine pada sapi dilarang karena dapat menyebabkan regurgitasi isi rumen ketika induksi anestesi umum.
• Efek Samping
Acepromazine memiliki side effect atau efek samping penggunaan yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam terapi. Efek samping penggunaannya dapat berupa hipotensi dan kolaps kardiovaskular.
• Interaksi Obat Acepromazine
Berikut adalah beberapa interaksi obat antara Acepromazine dengan obat-obatan lain. Acepromazine sebaiknya tidak diberikan pada bulan yang sama dengan pemberian obat pengendali cacing dengan agen organofosfat karena memiliki efek potensiasi.
Agen depresan CNS seperti barbiturat, narkotik, dan anestetik dapat memperparah depresi CNS jika digunakan dengan Acepromazine. Quinidin ketika diberikan dengan phenotiazin dapat memperparah depersi jantung. Obat-obat antidiare (seperti kaolin/pektin, bismuth subsalisilat) dan antasid dapat menyebakan penurunan absorbsi gastrointestinal dari phenotiazin oral. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi jika propranolol diberikan dengan phenotiazin.
Daftar Pustaka :
- Plumb, Donald C. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook : Seventh Edition. PharmaVet.Inc Stockholm, Wisconsin. United States of America