Pengawetan pakan ternak merupakan salah satu dari berbagai hasil inovasi masyarakat, khususnya inovasi sarana pengembangan usaha peternakan dan pertanian.
Dengan adanya inovasi, masyarakat Indonesia dapat merasa lebih sejahtera. Pertanian dan peternakan merupakan kedua bidang yang berada dalam satu lingkup pemerintahan. Karena keduanya memiliki hubungan secara langsung. Berbagai bahan pertanian bermanfaat bagi peternakan, begitu juga sebaliknya.
DOWNLOAD PDF – Metode Pengawetan Pakan Ternak
Contohnya saja seperti pakan ternak yang berasal dari limbah pertanian, maupun kotoran ternak yang dimanfaatkan menjadi pupuk kandang sebagai penyubur tanah.
Perkembangan teknologi dan informasi berkembang dengan pesat, disertai dengan perkembangan inovasi yang semakin bagus dari berbagai kelompok masyarakat.
Penemuan inovasi baru selalu saja didasarkan dengan adanya kesulitan dalam memecahkan suatu permasalahan, dan selalu ditujukan untuk memudahkan penyelesaian permasalahan tersebut.
Dalam bidang pakan, Teknologi Pakan Hewan (TPH) menjadi salah satu inovasi yang harus dilakukan oleh peternak untuk memajukan sektor usaha ternaknya.
Pakan merupakan bahan organik yang berfungsi untuk menunjang ternak agar dapat hidup dan berkembang biak. Bahan organik tentu saja dapat membusuk akibat adanya bakteri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawetan pakan ternak sebagai pakan cadangan ketika musim kemarau.
A. Pengertian Pengawetan Pakan
Pada dasarnya, pengawetan pakan adalah semua bahan pakan yang diawetkan agar dapat disimpan dalam waktu yang lama sebagai pakan cadangan ketika terjadi musim kemarau.
Bahan pakan yang diawetkan biasanya berupa hijauan, baik hijauan segar seperti tebon jagung maupun hijauan kering seperti jerami padi. Pengawetan pakan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tergantung tujuan dari pengawetan pakan tersebut. Apakah akan digunakan sebagai pakan basah atau pakan kering.
Metode pengawetan pakan ternak dapat berupa Silase, Fermentasi, Amoniasi, Hidrolisa Basa, maupun Hay. Di mana, Hay dan Silase digunakan untuk mengawetkan hijauan bukan limbah. Sedangkan Fermentasi, Amoniasi, dan Hidrolisa Basa digunakan untuk mengawetkan limbah hasil pertanian, contohnya tebon jagung dan jerami padi. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut berbagai metode pengawetan pakan ternak.
Baca juga : ” UMB dan UMMB sebagai Suplemen Ternak Ruminansia”
B. Berbagai Jenis Pengawetan Pakan Ternak
1. Hay
Hay merupakan hijauan kering yang sengaja dikeringkan hingga kadar airnya hanya tertinggal sedikit. Hijauan kering tersebut dapat berupa rumput gajah, dan berbagai jenis tanaman leguminosa lainnya.
Pengeringan bahan pakan untuk membuat hay dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya seperti diangin-anginkan, dijemur,dioven, menggunakan gas, maupun uap panas.
Cara pengeringan dengan diangin-anginkan dan dijemur merupakan cara yang paling sederhana dibandingkan dengan cara yang lain, cukup diletakkan dan diratakan pada tempat penjemuran.
Biasanya dilakukan oleh peternakan yang berada di negera dua musim seperti Indonesia. Sedangkan cara oven, pengeringan dengan gas, dan uap panas dilakukan oleh peternakan dengan skala besar.
Biasanya peternakan yang menerapkan cara ini merupakan peternakan yang berada di negara dengan 4 musim, sehingga waktu pengeringan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
2. Silase
Selain hay, metode pengawetan bahan pakan lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat silase. Silase adalah hijauan yang disimpan dalam keadaan segar.
Proses pengawetan silase dilakukan di dalam tempat anaerob (bebas oksigen) dengan tujuan supaya mikroorganisme yang berada pada tumbuhan dapat melakukan metabolisme.
Mikroorganisme yang diharapkan tumbuh adalah mikroorganisme bakteri pembentuk asam laktat seperti Lactobacillus dan Streptococcus lactis, karena dapat menghasilkan asam volatile sebagai bahan pengawet alami.
Sedangkan bakteri pembentuk asam butirat seperti Clostridium tyrobutyricum dan Clostridium sacharobutvricum diharapkan tidak dapat tumbuh dengan pH asam kisaran 4 karena bakteri tersebut dapat menyebabkan Hijauan Pakan Ternak (HPT) menjadi rusak.
Ada beberapa tahap dalam pembuatan silase yang dikenal sebagai proses ensilase. Pada awalnya, sel klorofil pada tumbuhan masih mengalami respirasi sehingga suasana pada tempat penyimpanan masih aerob.
Akibatnya, aktivitas bakteri dan jamur masih dapat berlangsung. Setelah itu, karena tidak ada cahaya sebagai syarat berlangsungnya fotosintesis, maka aktivitas respirasi terhenti.
Hal tersebut membuat aktivitas bakteri dan jamur semakin meningkat. Ketika itu tempat penyimpanan berubah menjadi suasana anaerob dengan pH asam. Sehingga jamur tidak dapat lagi tumbuh, hanya bakteri anaerob saja yang mampu berkembang.
Sehingga, hijauan pakan ternak dapat lebih awet disimpan dalam waktu yang relatif lama. Hijauan segar yang telah menjadi silase kemudian disimpan dalam sebuah tempat bernama silo.
Ada berbagai jenis silo yang dapat digunakan, seperti pit silo yang berbentuk seperti sumur, trench silo yang berbentuk seperti kolam ikan, fence silo dengan kotak beton, dan tower silo yang berbentuk seperti menara.
Perbedaan silo digunakan dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti efisiensi kegunaan dan biaya yang harus dikeluarkan.
Trench silo dan pit silo merupakan silo yang biaya pembangunannya relatif murah dan efisien pada negara dengan dua musim. Sedangkan pada negara 4 musim, Tower silo dan fence silo merupakan pilihan yang tepat karena kapasitasnya lebih besar.
Baca juga : ” Inseminasi Buatan pada Sapi”
3. Hidrolisa Basa
Hidrolisa basa merupakan cara pengawetan pakan yang tergolong mahal dibandingkan dengan metode pengawetan pakan lainnya.
Pada dasarnya, pengawetan pakan dilakukan dengan menggunakan basa kuat, seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan basa kuat lainnya.
Beberapa Hijauan Pakan Ternak (HPT) merupakan tumbuhan dengan serat kasar yang tinggi, sehingga memiliki daya cerna yang rendah karena mengandung lignin yang keras dan sulit untuk dicerna oleh ternak.
Metode hidrolisa basa dapat dilakukan untuk memecah lignin yang terkandung di dalam tanaman, seperti lignoselulosa dan lignohemiselulosa.
Pemecahan lignin dilakukan dengan cara melarutkan silikat di dalamnya. Sehingga pakan menjadi lunak dan mudah dicerna ternak.
Baca juga : ” Pemalsuan Bahan Pakan Ternak dan Pemeriksaannya”
4. Amoniasi
Amoniasi merupakan pengawetan pakan ternak dengan menggunakan amoniak, seperti NH3, NH4OH, dan urea. NH3 dan NH4OH merupakan bahan amoniasi yang tergolong mahal dan membutuhkan perlakuan khusus dalam pembuatannya.
Sedangkan urea merupakan amoniak yang sangat mudah ditemukan di pasar dalam bentuk pupuk urea CO(NH2)2. Pada dasarnya, prinsip amoniasi hampir sama dengan hidrolisa basa. Akan tetapi bahan yang digunakan berbeda.
Kedua metode tersebut sama-sama berfungsi untuk memecah lignin yang terkandung di dalam pakan. Namun, pada amoniasi juga dihasilkan nitrogen yang berasal dari proses ureolitik (perubahan urea menjadi NH3).
Nitrogen tersebut dapat membantu pertumbuhan mikroba di dalam rumen ternak sehingga daya cerna pakan meningkat.
5. Fermentasi
Fermentasi merupakan metode pengawetan pakan dengan menggunakan probiotik dan prebiotik.
Probiotik adalah mikroba yang digunkan selama proses fermentasi, sedangkan prebiotik merupakan media perkembangan mikroba.
Mikroba yang digunakan selama proses fermentasi mampu memecah berbagai senyawa kompleks yang terkandung di dalam pakan menjadi lebih sederhana.
Contohnya adalah mengubah selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa. Selain menjadikan pakan menjadi lebih lunak, mikroba fermentasi juga berperan dalam membentuk berbagai vitamin melalui sintesis, seperti vitamin B12, ribovflavin, dan provitamin A. (Nurhaita, 2017)
Fermentasi merupakan pengawetan pakan sekaligus metode untuk meningkatkan palatabilitas pakan terhadap ternak.
Selain itu, proses fermentasi juga dapat meningkatkan harga bahan pakan apabila dijual, karena mampu mengurangi tingkat racun di dalam pakan dan membuat pakan menjadi lebih tahan lama.
C. Manfaat Pengawetan Pakan Ternak
1. Pakan Cadangan
Salah satu manfaat pengawetan pakan ternak adalah sebagai pakan cadangan. Karena pada beberapa musim, seperti musim kemarau bahan pakan adalah suatu hal yang sulit ditemukan.
Oleh karena itu, para peternak selalu mempersiapkan pakan cadangan ketika musim penghujan sebagai pakan pada saat musim kemarau tiba.
2. Peningkatan Kualitas Pakan
Peningkatan kualitas pakan berkaitan dengan seberapa banyak gizi yang terkandung di dalam pakan tersebut. Seperti silase dengan berbagai campuran hijauan di dalamnya dapat meningkatkan gizi yang terkandung di dalam silase tersebut.
3. Produksi Maksimal
Peternakan yang bagus adalah peternakan yang mampu melakukan produksi secara efektif dan efisien. Baik dalam segi manajemen kandang, manajemen biaya, dan manajemen waktu.
Di mana manajemen waktu adalah satu hal yang berkaitan dengan seberapa besar biaya yang dikeluarkan dan seberapa baik manajemen kandang yang dilakukan.
Oleh karena itu, efisiensi waktu sangat penting dalam menjalankan usaha peternakan. Ketika musim kemarau tiba, peternak akan kesulitan mencari pakan. Hal tersebut membuat pemberian pakan pada ternak kurang maksimal.
Peternak akan mengakalinya dengan cara mengurangi jumlah ternak yang ada sehingga produksi kurang maksimal. Namun, dengan adanya pakan cadangan peternak tidak perlu lagi khawatir akan kekurangan pakan.
4. Peningkatan Palatabilitas Pakan
Palatabilitas adalah ukuran kesukaan ternak terhadap suatu pakan. Semakin tinggi palatabilitas suatu pakan, maka semakin bagus pakan tersebut untuk ternak.
Contohnya hijauan kering dan hijauan segar, tentu saja ternak akan memilih hijauan segar dibandingkan dengan hijauan kering.
Oleh karena itu, palatabilitas hijauan segar lebih tinggi dibandingkan dengan palatabilitas hijauan kering. Terkadang, dalam proses pengawetan bahan pakan ditambahkan beberapa bahan lain seperti tetes, mineral premix, dan garam.
Bahan-bahan tersebut berguna untuk meningkatkan palatabilitas pakan karena dapat membuat rasa pakan menjadi gurih dan disukai oleh ternak.
5. Efisiensi Waktu
Efisiensi waktu berkaitan dengan kecepatan produksi yang dilakukan oleh suatu peternakan. Semakin cepat produksi yang dilakukan, maka perputaran uang di dalam peternakan tersebut akan semakin cepat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, musim sangat menentukan banyaknya pakan yang dapat diesediakan oleh peternak.
Ketika musim kemarau, pakan akan sulit ditemukan. Untuk menghindari kekurangan pakan peternak akan mengurangi jumlah ternaknya. Hal tersebut mengakibatkan produksi menurun.
Pengawetan pakan dapat menjadi solusi yang tepat untuk menghindari terjadinya penurunan produksi. Karena dengan adanya cadangan makanan, peternak tidak perlu lagi mengurangi jumlah ternak yang ada di kandangnya.
D. Kesimpulan
Pada dasarnya, pengawetan pakan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan pada musim kemarau, atau pada musim paceklik pakan. Selain untuk memenuhi pakan cadangan, pengawetan pakan tidak serta merta bertujuan untuk hal itu saja.
Namun juga berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi yang terkandung dalam pakan, palatabilitas pakan, dan harga jual pakan tersebut.
Pengawetan pakan yang dilakukan harus memenuhi Standar Operasional Prosedur(SOP) yang berlaku, sehingga pengawetan pakan dapat dilakukan dengan maksimal.
Karena, dalam beberapa kasus pengawetan pakan yang dilakukan dengan tidak benar akan menyebabkan pakan menjadi toksin yang beracun bagi ternak.
Pemberian pakan hasil pengawetan juga harus dilakukan secara bertahap. Hal tersebut perlu dilakukan karena ternak mudah stress terhadap makanan yang berubah secara drastis.
Pemberian pertama dapat dilakukan dengan perbandingan 25% untuk pakan yang diawetkan dan 75% pakan biasanya. Kemudian persentase pemberian pakan yang diawetkan dapat diperbesar hingga ternak terbiasa.
Terima kasih telah membaca artikel mengenai teknologi pengawetan pakan ternak. Semoga membantu.
Baca juga : ” Proses Pengolahan Susu Sapi yang Baik”
Daftar Pustaka :
- Hanafi, Nevy Diana. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Medan : USU Repository
- Nurhaita. 2017. Pengolahan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi pada Kelompok Tani Sido Urip Desa Srikuncoro. Bengkulu : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu
- Susila, Tjok Gde Oka. 2015. Pengawetan dan Penyimpanan Hijauan Pakan Ternak. Bali : Fakultas Peternakan Universitas Udayana