Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai berbagai penyakit pada burung dan cara mengobatinya. Memelihara burung tentu saja memiliki keasyikan tersendiri, selain dengan melihat keindahan warnanya, memelihara burung juga dapat dinikmati dengan mendengarkan kicauannya yang merdu. Di pagi hari melihat burung berkicau dengan ditemani teh hangat tentu saja sangat menyenangkan.
Namun Vet Friends harus tahu nih, bahwa memelihara burung sama juga seperti memelihara hewan peliharaan yang lain seperti anjing dan kucing. Misalnya pentingnya memberi makanan yang sehat dan bergizi untuk burung, menjaga kebersihan kandang burung, dan menghindarkan burung dari berbagai penyebab stres.
Karena setiap hewan peliharaan tentu saja memiliki resiko-resiko terhadap suatu penyakit. Berbagai jenis penyakit atau masalah kesehatan tersebut tentu saja dapat kita cegah atau ketahui lebih dini jika kita tahu jenis penyakit atau masalah kesehatan yang dialami burung.
Nah oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui jenis penyakit pada burung, mulai dari penyakit yang bersifat ringan hingga penyakit yang berat.
Penyakit merupakan sesuatu yang dapat membuat kondisi burung menjadi sakit. Sakit berarti tubuh sedang berada dalam kondisi yang tidak normal, dengan kata lain burung mengalami gangguan kesehatan.
Burung merupakan hewan yang memiliki bulu dan sayap, berdarah panas sama seperti ayam dan tergolong secara ilmiah dalam kelas Aves. Terdapat berbagai jenis burung yang ada di Indonesia, mulai dari burung hias hingga burung kicau. Di Indoneisa sendiri, secara umum burung dipelihara di dalam sangkar. Beberapa juga ada yang menggunakan sistem Aviary untuk menunjang manajemen pemeliharannya.
Sebelum melakukan manajemen pemeliharaan, ada baiknya kita untuk tahu apa saja jenis penyakit pada burung agar manajemen pemeliharaan bisa lebih bagus dengan mempertimbangkan pencegahan penyakit-penyakit berikut ini :
1. Infeksi Parasit
Burung merupakan hewan yang tubuhnya tertutup oleh bulu, hal ini akan memudahkan parasit untuk bersembunyi khususnya ektoparasit (parasit yang berada di luar tubuh hewan). Ektoparasit pada burung dapat menyerang kulit maupun bulunya. Sehingga bulu menjadi mudah rontok, kusan, dan rusak. Ektoparasit pada burung dapat berupa tungau kutu dan caplak.
Selain ektoparasit, terdapat juga endoparasit (parasit yang berada di dalam tubuh hewan). Biasanya parasit ini menyerang sistem pencernaan burung. Contohnya cacing dan protozoa saluran pencernaan.
Tidak seperti anjing dan kucing, parasit biasanya sulit terdeteksi atau terdiagnosis pada burung peliharaan. Namun bila ada parasit pada burung dapat menyebabkan burung menjadi lemah dan lesu. Beberapa parasit juga dapat menyebabkan gangguan klinis tertentu (Hess and Rick).
Burung kenari sering mengalami infeksi tungau pada daerah trakea, yang menyebabkan masalah pernapasan. Burung Kakatua (terutama yang keluar rumah) sering mengalami masalah parasit darah. Burung Cockatiel sering mengalami infeksi Giardia pada usus yang dapat menyebabkan diare dan rasa gatal pada gulit menyebabkan burung terus berusaha menggaruk.
Bakteri dan jamur merupakan agen penyakit yang sering menyerang burung peliharaan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur biasanya terjadi akibat kurang baiknya manajemen pemeliharaan, terutama dalam hal kebersihan kandang serta kondisi imunitas burung yang rendah. Imunitas burung dapat menurun akibat stres berkepanjangan.
Penyakit bakteri dan jamur pada burung umumnya menimbulkan gejala gatal, kemerahan, dan pembengkakan. Rasa gatal pada burung ditandai dengan burung lebih sering mematuk area kulit atau bulu di suatu area lebih sering daripada biasanya.
Salah satu penyakit pada burung yang disebabkan oleh bakteri adalah Chlamydiosis. Chlamydia psittaci merupakan bakteri penyebab Chlamydiosis pada burung. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat yang dapat menginfeksi semua burung, umumnya burung cockatiel, budgerigars, dan beo kecil. Masa inkubasi bakteri berkisar dari 3 hari hingga beberapa minggu.
Gejala klinis yang terjadi pada burung yang terinfeksi Chlamydia psittaci adalah adanya iritasi dan sekret mata, hidung, atau konjungtiva; anoreksia; dispnea; depresi; dehidrasi; poliuria; biliverdinuria; dan diare.
Selain penyakit bakteri, burung juga rentan terinfeksi oleh jamur. Salah satu contoh penyakit pada burung yang disebabkan oleh jamur adalah Candidiasis, yang disebabkan oleh Candida albicans. Biasanya penyakit ini akan muncul sebagai infeksi sekunder karena burung terkena penyakit yang lain (penyakit primer) yang menyebabkan imuniatas burung menurun. Gejala yang mudah ditemui pada burung yang terinfeksi jamur Candida adalah adanya plak putih di rongga mulut dan penurunan berat badan.
3. Polyoma Virus Infection
Polyomavirus pada burung disebabkan oleh virus dari famili Papovavirus, satu keluarga dengan virus yang menyebabkan tumor kulit jinak atau kutil pada burung. Belum diketahui secara pasti bagaimana virus ini menyebar dan menyerang buruh peliharaan. Namun burung dewasa yang terinfeksi dan tidak bergejala dapat menyebarkan virus melalui debu bulu, kotoran, dan telur.
Kondisi paling umum yang dapat terjadi adalah burung mati dengan cepat tanpa gejala klinis. Beberapa burung yang terinfeksi mungkin menunjukkan depresi, anoreksia, penurunan berat badan, regurgitasi, diare, kotoran basah, dehidrasi, kesulitan bernapas, pembesaran perut, area hemoragik di bawah kulit, dan tremor selama 12-48 jam sebelum kematian. Tingkat kematian dapat mencapai 100% pada unggas yang berumur kurang dari 15 hari.
4. Psittacine beak and feather disease (PBFD)
Psittacine beak and feather disease (PBFD) juga dikenal dengan Psittacine Circovirus (PCV) atau Psittacine Circoviral Disease (PCD). Merupakan penyakit virus yang umum terjadi pada burung beo atau burung paruh bengkok yang lain.
Penyakit paruh dan bulu Psittacine memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi pada anak burung baik di penangkaran maupun di alam liar. Penyakit ini menyebabkan imunosupresi jangka panjang, serta menyebabkan kelainan pada bulu dan paruh burung.
Penyebaran virus dapat terjadi melalui tembolok burung, kotoran segar atau kering, serta partikel bulu dan kulit burung. Virus ini sangat stabil di lingkungan dan dapat bertahan hidup di kandang burung selama bertahun-tahun (Australia Government). Penyakit ini memiliki beberapa gejala seperti :
Depresi
Peningkatan jumlah sel darah putih
Regurgitasi
Penurunan berat badan yang berlangsung dengan cepat
Diare
Radang paru-paru
Kerontokan bulu
Kelemahan, dan dapat berujung pada kematian
5. Egg Binding
Egg Binding merupakan penyakit reproduksi pada burung betina. Penyakit ini menyebabkan burung betina tidak dapat mengeluarkan telurnya secara normal. Biasanya penyakit Egg Binding disebabkan oleh pola makan burung yang tidak baik sehingga menyebabkan defisiensi vitamin dan mineral. seperti vitamin E dan D, kalsium, dan selenium.
Vitamin dan mineral sangat diperlukan oleh burung, selain untuk membantu proses pembentukan telur vitamin dan mineral juga berguna untuk kontraksi saluran reproduksi dengan tepat. Kontraksi yang tidak tepat dapat mengakibatkan kegagalan telur untuk keluar dari tubuh burung.
Obesitas (diet tinggi lemak, biji-bijian, kurangnya pergerakan burung, faktor keturunan, umur yang sudah tua, dan lingkungan bertelur yang tidak tepat adalah penyebab potensial lain dari Egg Binding. Untuk mengetahui terjadi tidaknya Egg Binding, maka kita perlu untuk tahu jenis kelamin burung tersebut, apakah burung tersebut jantan atau betina. Pemelihara burung harus tahu hal tersebut.
6. Gangguan Kesehatan Mata
Gangguan kesehatan mata pada burung dapat terjadi karena banyak hal, mulai dari penyakit bakteri, defisiensi vitamin, maupun penyakit akibat traumatik (tertusuk benda tajam atau terkena hantaman yang keras).
Pet MD (2008) telah merangkum beberapa gejala dan tipe yang umum terjadi pada gangguan kesehatan burung peliharaan, di antaranya adalah :
Konjungtivitis, kelainan mata yang umum, biasanya disebabkan oleh bakteri dan dapat diidentifikasi sebagai kelopak mata merah dan bengkak, dan dapat menyebabkan fotosensitifitas (menghindari cahaya) pada burung.
Uveitis menyebabkan peradangan pada bagian dalam mata. Namun, umumnya berhubungan dengan gejala penyakit dalam lainnya pada burung.
Katarak berkembang di mata burung ketika ada kekurangan vitamin E, infeksi ensefalomielitis, juga dapat terjadi akibat terkena paparan lampu secara terus menerus.
Penyakit Marek atau Marek Disease adalah jenis kelainan mata tertentu yang disebabkan oleh infeksi virus. Kondisi medis ini dapat menyebabkan bentuk pupil yang tidak beraturan, masalah iris mata, kebutaan, dan dapat berkembang menjadi kanker.
Cacar Burung atau Avian Pox disebabkan oleh infeksi virus. Meskipun cacar burung merupakan penyakit umum, gejala mata termasuk pembengkakan kelopak mata dengan bentukan seperti lepuh, dan kehilangan penglihatan sebagian atau secara keseluruhan.
7. Mencabuti Bulu
Burung memiliki kebiasaan untuk mandi dan mencabuti bulu untuk merapikan dan membersikan diri. Tetapi apabila bulu yang dicabut tidak wajar, maka kita harus waspada. Kondisi ini menandakan bahwa burung mengalami gangguan kesehatan. Perilaku mencabut bulu terutama terjadi pada spesies burung yang besar (seperti kakatua, macaw, dan burung beo abu-abu Afrika) yang sangat cerdas dan terikat erat dengan pemiliknya.
Kerontokan bulu menjadi perhatian bagi pemilik burung seperti rambut rontok yang terjadi pada anjing dan kucing. Bulu burung memberikan proteksi, isolasi, dan sinyal visual ke hewan peliharaan yang lain. Kerontokan bulu pada burung biasanya tidak berakibat fatal, namun tetap mengganggu pemilik burung. Terkadang kerontokan bulu yang terjadi juga bisa menjadi pertanda penyakit serius.
Kerontokan bulu pada burung dapat dipicu oleh stres, infeksi kulit, kekurangan nutrisi, kekurangan oksigen, cahaya matahari yang kurang, hingga infestasi parasit bulu. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga burung tetap bersih dan segar dengan rajin menjemur burung di pagi hari.
Cara Mengobati Penyakit pada Burung
Cara mengobati penyakit pada burung secara umum dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersian kandang, tempat pakan, dan tempat minum burung, memberikan makanan yang bergizi dan air minum yang bersih dan cukup, menghindarkan burung dari stres, serta menjemur burung di pagi hari.
1. Menjaga Kebersihan Kandang
Kebersihan kandan adalah hal yang paling penting dan paling utama untuk menjaga burung tetap nyaman. Kondisi kandang yang bersih akan membantu mempercepat kesembuhan penyakit pada burung. Sebaliknya, kondisi kandang yang kotor dan kurang baik selain membuat burung merasa kurang nyaman juga dapat membuat penyakit lain menginfeksi burung, seperti penyakit bakteri dan jamur.
Untuk membersihkan kandang burung kita dapat membersihkan bagian lantai kandang, tempat bertengger burung, tempat pakan dan tempat minum burung dengan sabun cuci. Pastikan tidak ada kotoran yang tertinggal, sikat bagian lantai kandang hingga bersih. Penyemprotan desinfektan juga dapat dilakukan untuk memaksimalkan kebersihan. Setelah itu keringkan kandang di bawah sinar matahari.
2. Memberikan makanan yang bergizi
Sama hal nya dengan merawat hewan lain, makanan adalah sumber nutrisi yang sangat penting dan dapat menjaga kondisi tubuh hewan tetap prima. Usahakan untuk memberikan makanan yang sesuai dengan burung yang kita pelihara. Jangan asal untuk memberikan makanan, karena dikhawatirkan dapat mengganggu sistem pencernaannya yang akan berakhir pada burung mengalami diare.
Pemberian minum juga sangat penting untuk burung agar burung tidak mengalami dehidrasi. Jangan memberikan air mentah berkaporit, usahakan untuk memberi air minum yang bersih seperti air yang kita konsumsi. Usahakan untuk selalu mengganti air minum setiap hari.
3. Hindarkan burung dari stres
Stres berkaitan dengan tingkat kekebalan atau imunitas tubuh burung. Burung yang mengalami stres tingkat kekebalan tubuhnya menurun, hal ini membuat burung akan mudah sakit. Burung yang sakit juga sebaiknya dihindarkan dari stres untuk mendukung kesembuhannya.
Stres pada burung dapat diakibatkan oleh banyak hal, seperti kondisi kandang yang buruk, pencahayaan yang tidak baik, udara yang kurang, hingga tingkat kepadatan burung di dalam kandang yang terlalu tinggi.
4. Jemur burung secara rutin di pagi hari
Waktu yang baik untuk menjemur burung berkisar antara jam 06.30 hingga jam 09.00 WIB. Hangatnya sinar matahari baik untuk tubuh burung, membantu melancarkan sistem peredaran darah. Berjemur pada burung akan membuat pembuluh darah di kulit lebih lebar dan alirannya lancar. Efeknya beragam seperti sehatnya jantung dengan menormalkan denyut nadi serta tekanan darah.
Pastikan untuk tidak lupa memindahkan burung yang dijemur agar tidak kepanasan. Karena panas juga dapat menimbulkan stres pada burung.
5. Membawa burung ke dokter hewan
Saat ini klinik dan dokter hewan sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Kamu dapat membawa burung yang sakit ke dokter hewan agar segera ditangani dan diobati. Selain itu, kamu juga dapat melakukan konsultasi terkait bagaimana manajemen pemeliharaan burung yang baik dan benar.
Terima kasih telah membaca artikel mengenai berbagai jenis penyakit pada burung dan cara mengobatinya. Semoga artikel ini dapat membantu kamu dalam menjaga kesehatan burung peliharaan.
Informasi : Artikel ini terakhir diupdate pada tanggal 23 Maret 2023. Apabila artikel ini bermanfaat, ayo bagikan artikel ini kepada teman kamu.
Daftar Pustaka :
Australia Government. Department of Climate Change, Energy, the Environment and Water. Psittacine beak and feather disease (PBFD).
Hess, Laurie and Rick Axelson. Parasites in Birds. Diakses melalui VCA Animal Hospitals.
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.