Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.

"Manusya Mriga Satwa Sewaka"

Gigih Fikrillah S, S.K.H. | Hubungi Kami

Kenali Volvulus Syndrome pada Anjing

Pada dasarnya, volvulus syndrome pada anjing terjadi akibat adanya obstruksi aliran pada pilorus, abnormalitas mioelektrik gastrointestinal, dan gerakan lambung setelah mengingesti pakan yang berupa zat cair dan zat padat, serta aerofagia (aerophagia : Menelan udara secara berlebihan, kemudian udara masuk ke perut).

Volvulus syndrome merupakan suatu sindrome pada anjing di mana lambung mengalami distensi dan berputar atau torsio sehingga menimbulkan perubahan patologi kompleks lokal atau sistemik dan perubaha fisiologis.

Triakoso, 2006

Pada kasus volvulus syndrome, anjing dengan usia menengah hingga dewasa lebih bersiko untuk terkena daripada anjing dengan usia yang masih kecil. Sedangkan menurut bangsanya, anjing besar dengan postur dada yang lebar seperti Herder, Labrador retriever, Alaskan malamute, dan Saint bernard memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita volvulus syndrome.

DOWNLOAD PDF – Volvulus Syndrome pada Anjing

A. Kausa

Pada dasarnya, volvulus syndrome pada anjing terjadi akibat adanya obstruksi aliran pada pilorus, abnormalitas mioelektrik gastrointestinal, dan gerakan lambung setelah mengingesti pakan yang berupa zat cair dan zat padat, serta aerofagia (aerophagia : Menelan udara secara berlebihan, kemudian udara masuk ke perut).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan volvulus syndrome lebih mungkin terjadi, seperti stress dan aktifitas berat, juga aktifitas swallowing (menelan) pakan dan air dalam volume yang besar.

Baca juga : ” Berbagai Penyebab Muntah pada Anjing “

B. Patofisiologi

Terjadinya volvulus syndrome diawali dengan akumulasi cairan atau zat padat di dalam lambung yang berhubungan dengan obstruksi mekanis pada lubang pilorus. Pada kasus volvulus syndrome, distensi abdomen bersifat progresif dan potensial terjadi volvulus. Sedangkan pada torsio lambung terjadi tanpa disertai adanya distensi.

Ketika anjing berada pada posisi dorsal recumbency, lambung akan mengalami perputaran, baik searah jarum jam atau berlawanan jarum jam. Setelah itu, duodenum akan berputar dari kanan ke kiri. Menyebabkan rotasi dengan sumbu dari kardia hingga pilorus mulai dari 90-360 derajat. Kejadian tersebut dapat menyebabkan kerusakan lambung fatal akibat iskemia dan kerusakan reperfusi.

C. Gejala Klinis

Volvulus syndrome pada anjing ditandai dengan gejala klinis berupa retching hewan non produktif, hipersalivasi, malaise, depresi, dan distensi abdomen progresif. Pemeriksaan pada fisik menunjukkan takikardia, takipnea, dan hipovolemik shock. Selain itu, temperatur pada rektal bervariasi.

Retching is the attempt to vomit without bringing anything up. Both subjective and objective measurements of this phenomena are possible and useful.14 Patients readily differentiate the frequency of occurrence and the actual distress experienced from the sensation of retching. Retching may be described by such terms as “gagging,” “dry heaves,” and “attempting to vomit without results.”

Rhodes, 2001

D. Diagnosis

Diagnosa dapat dilakukan dengan memposisikan hewan dengan posisi lateral kanan. Tampakan double buble merupakan patognomonis dari volvulus syndrome. Sedangkan pada posisi dorsoventral, pilorus akan bergeser ke depan atau terletak di sisi kiri di bagian depan abdomen.

Pada beberapa kasus, dapat terjadi komplikasi seperti gastrik ulserasi dan erosi. Biasanya terjadi 5 hari hingga 7 hari pasca operasi. Ruptura gastrik ulserasi dapat menyebabkan spesis peritonitis, juga dapat terjadi intermittent vomiting.

Baca juga : ” Pentingnya Ambulator bagi Dokter Hewan “

E. Diagnosis Banding

Diagnosa banding untuk volvulus syndrome adalah dilatasi sekal, dengan perbedaan kondisi seperti perpindahan abomasal. Volvulus mungkin tampak mirip dengan retikuloperitonits traumatis, torsio akara mesenterika, dan kecelakaan gastrointestinal. Kecelakaan gastrointestinal dapat berupa intususpesi. (Ogilvie, 1998)

F. Pengendalian

Pengendalian volvulus syndrome pada anjing dapat dilakukan dengan pencegahan dan pengobatan. Pencegahan dapat dilakukan sesua dengan mencegah penyebab volvulus itu sendiri, yaitu menghindari stres dan aktivitas berat, juga aktivitas swallowing pakan dan air dalam volume yang besar.

Sedangkan pengobatannya, dapat dilakukan dengan memberikan dekompresi lambung menggunakan orogastric intubation. Selain itu, trokarisasi lambung dan penggunaan katater dapat membantu mengurangi distensi abdomen pada kasus volvulus syndrome.

Pemberian cairan isotonis 90 ml/kg pada 60 menit pertama dapat membantu mengatasi hypovolemic shock yang dapat menyebabkan keparahan berlanjut. Salah satu jenis obat yang dapat dipilih adalah kortikosteroid, bermanfaat untuk menstabilisasi membran, membantu fungsi kardiovaskular, dan terapi reperfusi. Selain itu, dexamethasone sodium phosphate 5 mg/kg IV pelan atau Prednisone sodium succinate 11 mg/KG IV juga dapat membantu memulihkan keadaan gastrointestinal tract.

Bagaimanapun juga, memberikan obat pada hewan kesayangan, termasuk anjing merupakan kewenangan dari seorang dokter hewan. Penanganan, khususnya pengobatan harus dilakukan oleh seorang profesional. Karena, akses pada obat sudah diatur dalam undang-undang. Termasuk penyalahgunaannya.

Kesalahan dalam memberikan obat dapat berakibat fatal. Hal tersebut selalu dapat menjadi pertimbangan kenapa pengobatan harus dilakukan oleh seorang profesional. Apabila hewan kesayangan kamu sakit, segera datang ke dokter hewan agar mendapat penanganan yang tepat.

Baca juga : ” Morfologi Burung Kolibri terhadap Kecepatan Terbang “

Daftar Pustaka :

  • Ogilvie, Timothy H. 1998. Large Animal Internal Medicine. Rose Tree Corporate Center. E National veterinary medical series for independent study. ISBN 0-683-1 8033-9
  • Rhodes, V. A., & McDaniel, R. W. (2001). Nausea, vomiting, and retching: complex problems in palliative care. CA: A cancer journal for clinicians, 51(4), 232-248.
  • Triakoso, Nusdianto. 2006. Bahan Ajar Penyakit Sistem Digesti-IPDV II. Surabaya : Universitas Airlangga.
Drh. Gigih Fikrillah S
Drh. Gigih Fikrillah S

Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.

Articles: 245

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *