Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.
Penggunaan pola jahitan bedah tergantung pada kemudahan, kekuatan jahitan, lamanya jahitan, dan ada tidaknya bekas jahitan yang diinginkan. Menurut kontinuitas atau kesinambungan dari polanya, teknik jahitan bedah terbagi menjadi dua, yaitu jahitan terputus (interrupted) dan menerus (continuous).
Pola jahitan bedah atau pola jahitan luka merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk membuat jaringan berada pada aposisi dengan teknik aproksimasi luka. Penggunaan pola jahitan bedah tergantung pada kemudahan, kekuatan jahitan, lamanya jahitan, dan ada tidaknya bekas jahitan yang diinginkan.
Menurut kontinuitas atau kesinambungan dari polanya, teknik jahitan bedah terbagi menjadi dua, yaitu jahitan terputus (interrupted) dan menerus (continuous). Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 12 pola jahitan bedah yang terdiri dari :
Simple Interupted Suture
Simple Continuous Suture
Running Locked Suture (Jelujur Terkunci)
Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)
Mattress Suture (Mattress Vertikal dan Horisontal)
Continous Lambert’s suture (Lambert menerus)
Halstead suture (Lambert terputus)
Crushing suture
Cross-mattress suture
Corner Stitch
Jahitan pure-string
Stapler dan Skin Tapes (Tambahan)
Namun, sebelum mengetahui lebih lanjut perlu diketahui bahwa setiap teknik penjahitan luka juga harus mengedepankan prinsip umum penjahitan luka (Sudisma, 207), di antaranya adalah :
Jarum jahit dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit
Penetrasi jarum jahit harus tegak lurus terhadap permukaan jaringan
Jarak dan kedalaman penjahitan luka sama pada kedua sisi daerah insisi
Jahitan tidak boleh terlalu longgar atau terlalu ketat
Penyimpulan benang diletakkan tepat di atas garis insisi
Simple interupted suture atau jahitan terputus sederhana dapat dilakukan pada semua luka. Pola jahitan bedah ini memiliki kelebihan seperti mudah dilakukan, kekuatan jahitan tinggi, kemungkinan menjerat sistem sirkulasi rendah, tepi luka lebih mudah untuk diatur, dan apabila salah satu jahitan putus maka jahitan yang lain tidak ikut terlepas.
Teknik jahitan ini memerlukan lebih banak benang karena setiap jahitan yang telah dilakukan harus disimpul dan dipotong satu persatu. Selain itu waktu yang dibutuhkan juga relatif lebih lama dan bekas jahitan lebih terlihat.
2. Simple Continuous Suture
Berbeda dengan pola jahitan luka sebelumnya, simple continuous suture adalah teknik jahitan yang berkesinambungan antara jahitan sebelum dan sesudahnya. Sehingga benang yang dibutuhkan relatif lebih sedikit. Selain itu, waktu penjahitan juga lebih singkat dibandingkan dengan simple interupted.
Ketika ada kelebihan juga pasti ada kekurangan. Kekurangan teknik jahitan ini adalah jika satu jahitan longgar maka akan berpengaruh pada jahitan sebelum atau sesudahnya. Apalagi jika salah satu putus, semua jahitan akan rusak dan harus diulang kembali dari awal. Pada teknik ini, selama penjahitan berlangsung benang tidak boleh kendor sehingga biasanya membutuhkan asisten. Tetapi juga tidak boleh terlalu kuat, agar benang jahit tidak putus.
Pada dasarnya terdapat berbagai jenis benang jahit yang digunakan dalam penjahitan luka. Apabila kamu ingin mengetahuinya lebih lanjut baca artikel mengenai “Berbagai Jenis Benang Bedah Veteriner”.
3. Running Locked Suture (Jelujur Terkunci)
Teknik jahitan ini juga dikenal dengan stitch bisbol karena pada penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci. Biasanya teknik ini digunakan untuk menutup peritoneum. Pada teknik ini, pola jahitan dikunci, bukan disimpul. Penguncian dilakukan dengan cara jarum dan benang melewati setiap lingkaran pola jahitan menerus sederhana sebelumnya, sebelum beralih ke tusukan berikutnya.
4. Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)
Teknik jahitan ini memungkinkan agar seluruh jahitan berada di bawah lapisan dermis dan yang terlihatn hanya kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka. Umumnya teknik ini dilakukan pada jaringan dengan tegangan yang kecil. Teknik jahitan subcuticuler sangat mendukung untuk keperluan kosmetik. Sehingga harus dilakukan dengan benar.
5. Mattress Suture (Mattress Vertikal dan Horisontal)
Mattress suture atau dikenal dengan jahitan matras, terbagi menjadi dua yaitu matras vertikal dan matras horizontal. Prinsip kedua jahitan ini sama, hanya saja tampilan akhir permukaan jahitan berbeda. Teknik jahitan matras vertikal dilakukan dengan menjahit bagian bawah luka dengan dalam kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi luka. Sedangkan teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sekitar 1 cm dari tusukan pertama.
6. Continous Lambert’s suture (Lambert menerus)
Pola jahitan ini termasuk kedalam tipe jahitan menerus. Pola jahitan ini digunakan untuk menjahit organ viscera dan merupakan pola dasar untuk jahitan gastrointestinal. Jahitan ini cukup bagus untuk mencegah terjadinya kebocoran. Teknik jahitan ini juga dapat mempercepat proses kesembuhan luka inverse jaringan serosa gastrointestinal.
Pola jahitan ini hanya menembus sampai lapisan muscular (seromuskular) tidak sampai menembus mukosa. Jarum ditusukkan tegak lurus dengan garis insisi.
7. Halstead suture (Lambert terputus)
Pola jahitan Halstead merupakan pola jahitan Lambert terputus yang menggunakan benang tunggal sebanyak dua kali kemudian dilakukan hal yang sama pada sisi yang lain, kemudian pada salah satu sisi diikat. Pola jahitan Halstead berbeda dengan pola jahitan matras horizontal.
8. Crushing Suture
Pola jahitan Crushing disebut juga dengan Gambee adalah tipe jahitan yang digunakan untuk menutup saluran usus. Pola jahitan ini lebih dipilih daripada pola inversi biasa ketika pada lumen usus besar menghasilkan sedikit penyambungan.
9. Cross-mattress suture
Pola jahitan matras silang merupakan teknik jahitan dengan memasukkan benang panjang ke bagian lapisan kulit lainnya secara diagonal membentuk huruf X.
10. Corner Stitch
Corner sticth merupakan kombinasi antara teknik matras horizontal dengan teknik matras half-buried horizontal. Teknik ini digunakan untuk mendekatkan pinggiran luka yang membentuk sudut tanpa menghilangkan suplai darah ke permukaan kulit tersebut.
11. Jahitan pure-string
Jahitan pure string termasuk ke dalam tipe jahitan continuous dengan jahitan membentuk lingkaran pada sekitar lumen atau area tertentu. Contohnya pada tindakan apendektomi.
12. Stapler dan Skin Tapes
Selain teknik jahitan menggunakan benang, juga terdapat teknik untuk melekatkan atau menyatukan tepi luka tanpa menggunakan benang, yaitu dengan stapler dan skin tapes. Stapler digunakan seperti halnya stapler kertas sehingga prosesnya cepat. Namun harus diperhatikan karena terkadang tepi luka tidak sama tingginya. Sedangkan skin tapes biasa kita kenal dengan plester kulit. Prosesnya lebih cepat tetapi mudah terjadi pergeseran tepi luka.
Terima kasih telah membaca artikel mengenai pola jahitan bedah veteriner. Semoga artikel ini dapat membantu kamu untuk terus berlatih sehingga menjadi dokter hewan yang profesional. Aamiin and Viva Veteriner !
Daftar Pustaka :
Sudisma, I Gusti Ngurah. 2017. Jahit Menjahit dalam Pembedahan. Seminar Nasional Asosiasi Dokter Bedah Veteriner Indonesia (ADBVI).
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.