Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.
Apa perbedaan dedak padi dan bekatul ? Menurut Damayanthi et al. (2006) dalam Hadipernata et al. (2012), dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan sebelah luar dari butiran padi dengan sejumlah lembaga biji, sementara bekatul adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagaian kecil endosperm berpati.
Bagi sebagian besar orang, memiliki usaha peternakan adalah sebuah hal yang menyenangkan. Terlebih lagi, jika semua hal yang dilakukan diberikan kemudahan dan kelancaran. Namun, bukan sebuah usaha namanya jika tidak ada yang namanya hambatan. Salah satunya seperti saya dan anda, yang mungkin masih bingung mengenai tips pakan ternak yang satu ini, yaitu mengenai perbedaan dedak padi dan bekatul.
Sebagai orang awam, tentunya saya sangat kesulitan untuk membedakan dedak padi dan bekatul. Mengingat apabila dilihat sekilas keduanya tampak sama, dan keduanya juga sama-sama merupakan hasil samping penggilingan dari padi.
Menurut Yudono (1996) dalam Akbarillah et al. (2007) proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65% dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%, dedak dan bekatul sebanyak 10%.
Lalu, apa perbedaan antara dedak padi dan bekatul ? Berikut akan dibahas mengenai pengertian dedak padi dan bekatul, cara membedakan dedak padi dan bekatul, hingga cara menguji pemalsuan dedak padi.
Menurut Damayanthi et al. (2006) dalam Hadipernata et al. (2012), dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan sebelah luar dari butiran padi dengan sejumlah lembaga biji, sementara bekatul adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagaian kecil endosperm berpati. Karena alat penggilingan tidak memisahkan antara dedak dan bekatul, maka umumnya dedak dan bekatul ini bercampur menjadi satu yang disebut dengan dedak atau bekatul.
Untuk memudahkan pemahaman, mari kita buat beberapa poin yang dapat menjadi parameter perbedaan dedak padi dan bekatul.
Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi yang terdiri dari lapisan luar dari butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sedangkan bekatul adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi termasuk sebagian endosperm berpati.
Di Indonesia sendiri biasanya dedak padi dihasilkan pada penyosohan pertama. Sedangkan bekatul dihasilkan pada penyosohan kedua. Untuk lebih jelasnya, perhatikan struktur dari biji padi berikut ini :
B. Cara Membedakan Dedak Padi dan Bekatul
Tidak ada cara yang baku untuk mengetahui perbedaan dedak padi dan bekatul, semua tergantung pada terbiasa atau tidaknya seseorang dalam melakukannya. Namun, beberapa hal berikut ini bisa menjadi pertimbangan untuk memudahkan kita dalam membedakan keduanya.
a. Tekstur
Pada dasarnya tekstur bekatul lebih halus dibandingkan dengan dedak padi. Hal tersebut karena bekatul merupakan lapisan sebelah dalam, sedangkan dedak merupakan lapisan sebelah luar.
b. Perendaman
Ketika dilakukan perendaman dengan air, dapat diamati bahwa sebagian dari dedak padi akan mengambang karena masih terdapat sedikit kulit padi atau sekam. Sedangkan bekatul akan tenggelam seluruhnya.
Tabel 1.1 Perbedaan Nutrisi Dedak Padi dan Bekatul diambil dari Hartadi et al. (1980)
Nutrien
Dedak Padi
Bekatul
Protein Kasar
8.5%
12.0%
Serat Kasar
17.0%
5.2%
Lemak Kasar
4.2%
10.7%
Abu
12.6%
7.7%
BETN
43.7%
50.4%
D. Cara Menguji Pemalsuan Dedak Padi
Biasanya, dedak padi dan bekatul dipalsukan dengan cara disubal dengan sekam karena memiliki warna yang serupa. Untuk mengetahuinya, dapat dilakukan dengan melakukan pengujian ada tidaknya sekam pada dedak padi dan bekatul, yaitu dengan menambahkan Phloroglucinol 1%. Prinsipnya, Phloroglucinol akan meberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Dengan begitu, akan terlihat berapa persentase sekam yang ada pada dedak padi atau bekatul.
Pada dasarnya, kandungan sekam berbanding lurus dengan kandungan serat kasar. Itu artinya, semakin tinggi kandungan sekam maka akan semakin tinggi juga kandungan serat kasar. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15% (Supriyati, 1997).
Dengan menggunakan pengujian Phloroglucinol 1%, dapat diketahui apakah ada indikasi penyubalan atau tidak. Apabila ternyata tidak dilakukan penyubalan, pengujian ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas dari dedak padi. Semakin banyak sekam, semakin rendah kualitas dedak padi.
E. Tips Membeli Dedak Padi dan Bekatul
Berikut adalah beberapa tips yang bisa anda terapkan ketika hendak membeli dedak padi atau bekatul :
Membeli dedak padi dan bekatul di tempat terpercaya
Berkenalan dan menjalin komunikasi yang baik dengan penjual
Mencari informasi mengenai harga standar dedak padi dan bekatul
Mencurigai bekatul yang dijual dengan harga miring, karena pada dasarnya harga bekatul lebih mahal daripaka dedak padi
Jika ingin lebih pasti, lakukan pengujian di laboratorium secara berkala untuk memastikan bahwa dedak padi dan bekatul yang anda beli memiliki kualitas yang baik dan terhindar dari subalan
Mengetahui perbedaan dedak padi dan bekatul adalah sebuah hal yang sangat penting. Mengingat peternak biasanya menggunakan keduanya untuk memenuhi kebutuhan pakan harian ternak mereka.
Dengan mengetahui perbedaan dedak padi dan bekatul, serta cara untuk menguji pemalsuan dedak padi dan bekatul, kita dapat meminimalisir hal yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, seseorang membeli bekatul sebanyak 5 ton. Ternyata semua bekatul tersebut sudah disubal dan memiliki kualitas yang rendah, bayangkan saja kerugian yang akan ditanggung orang tersebut.
Oleh karena itu, sebagai manusia yang selalu memiliki kekurangan ada baiknya kita terus menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Karena sekecil apapun ilmu pengetahuan akan memberikan nilai yang besar di hidup kita. Salam hebat peternak Indonesia.
Akbarillah, T., Hidayat, H. and Khoiriyah, T., 2007. Kualitas dedak dari berbagai varietas padi di Bengkulu Utara. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 2(1), pp.36-41.
Budijanto, S. and Sitanggang, A.B., 2011. Produktivitas dan proses penggilingan padi terkait dengan pengendalian faktor mutu berasnya. Jurnal Pangan, 20(2), pp.141-152.
Hadipernata, M., Supartono, W. and Falah, M.A.F., 2012. Proses stabilisasi dedak padi (Oryza sativa L) menggunakan radiasi far infra red (fir) sebagai bahan baku minyak pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(4).
Hartadi, H., L.C. Pearls. Reksohadiprodjo, L.E. Harris dan S. Lebdosukoyo. 1980. Tabel-tabel dari komposisi bahan makanan. Data ilmu makanan ternak untuk Indonesia. Gadjahmada University Press. Yogyakarta
Sitohang, R.V., Herawati, T. and Lili, W., 2012. Pengaruh pemberian dedak padi hasil fermentasi ragi (Saccharomyces cerevisiae) terhadap pertumbuhan biomassa Daphnia sp. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(1).
Supartini, N. and Fitasari, E., 2011. Penggunaan bekatul fermentasi “Aspergillus Niger “dalam pakan terhadap karakteristik organ dalam ayam pedaging. Buana Sains, 11(2), pp.127-136.
Supriyati.1997.Pengujian Makanan Ayam Petelur.Kanisius.Yogyakarta
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.