Antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Melalui hewan penderita, manusia dapat tertular bakteri Bacillus anthracis ini. Bacillus anthracis pertama kali ditemukan pada tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer.
DOWNLOAD PDF – Penyakit Antraks
Sampai kemudian pada tahun 1877, biakan murni dari Bacillus antrhacis berhasil dibuat oleh seorang ilmuwan bernama Robert Koch. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai bakteri penyebab antraks, gejala antraks, dan penularan antraks.
A. Bakteri Penyebab Antraks
Hewan merupakan sumber makanan bagi manusia selain tumbuhan, kebutuhan manusia akan protein hewani terus meningkat sepanjang waktu. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah populasi manusia.
Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha mencukupi kebutuhan protein hewani dengan meningkatkan populasi ternak di Indonesia. Dalam distribusi pangan, kualitas daging yang segar dan bagus ditentukan oleh sistem distribusi, processing, maupun kesehatan ternaknya.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya ternak yang disembelih adalah ternak yang memiliki kesehatan yang bagus.
Baca juga : ” Cara Menghitung Umur Kambing dari Gigi “
Di Indonesia, beberapa kasus antraks sudah pernah terjadi. Seperti di Boyolali-Jawa Tengah, juga Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu membuat masyarakat menjadi resah.
Keresahan masyarakat itulah yang membuat penyakit antraks di Indonesia harus dimusnahkan keberadaannya.
Pada dasarnya, antraks merupakan suatu penyakit pada ternak yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Bacillus anthracis merupakan bakteri yang memiliki daya tahan hidup sangat tinggi, karena dapat membuat spora di dalam tanah.
Bacillus antrhacis merupakan bekteri gram positif yang berbentuk batang, dengan ukuran spora 1-1.5×3-5 µm. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambaran Bacillus anthracis di atas.
B. Gejala Antraks
Meskipun antraks termasuk ke dalam penyakit yang jarang ditemui, pemeriksaan hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) harus dilakukan dengan teliti.
Dengan memperhatikan gejala yang ada, penularan penyakit antraks dari hewan ke manusia dapat diminimalisir. Berikut adalah beberapa gejala pada sapi yang terkena antraks :
- Demam tinggi, menyebabkan hewan Lemas dan Lesu (Malaise: dalam bahasa medis) juga berkurangnya nafsu makan secara signifikan.
- Keluarnya darah dari lubang tubuh seperti hidung, anus, dan mulut dengan ciri darah berwarna merah tua kebiruan dan sukar untuk membeku. Hal itu dikarenakan Bacillus antrhacis yang menyerang paru-paru membuat distribusi oksigen pada darah terhambat. Sehingga darah berwarna kebiruan.
- Terjadi pembengkakan pada daerah pinggang, leher, sisi lambung, dan alat kelamin bagian luar.
- Kematian mendadak, Gejala paling jelas yang dapat ditemui pada hewan yang terserang penyakit antraks adalah terjadinya kematian mendadak serta keluarnya darah yang berwarna hitam dari lubang tubuh.
Baca juga : ” Penyakit FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Desease) pada Kucing “
C. Penularan Antraks
Penularan bakteri Bacillus antrachis dapat terjadi melalui konsumsi daging hewan yang terserang penyakit antraks, seperti daging, kulit, maupun tulang.
Serta dapat melalui udara, karena Bacillus antrhacis dapat membuat spora di dalam tanah yang kemudian terbawa oleh udara.
Kemampuan bakteri Bacillus antrhacis dalam membuat spora membuat ia susah untuk dimusnahkan. Bahkan dalam suhu extreme dan cuaca yang terus berganti-ganti, Bacillus antrhacis dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Apabila spora menemukan tempat untuk melakukan perkembangan, maka spora tersebut akan menjadi Bacillus anthracis dan menginfeksi hewan ataupun manusia.
D. Macam Antraks
Antraks pada manusia dapat dibedakan menjadi antraks kulit, antraks pencernaan, antraks paru, dan antraks meningitis.
Pembagian tipe antraks tersebut didasarkan pada bagaimana Bacillus anthracis menginfeksi manusia.
1. Antraks Kulit
Penularan Bacillus anthracis terjadi melalui kulit yang lecet atau terluka dengan gejala infeksi yaitu demam tinggi, sakit kepala, dan terjadi ulcus dengan jaringan nekrotik berwarna hitam dan dikelilingi vesikel dan edema atau pembengkakan pada bagian tubuh tertentu.
2. Antraks Pencernaan
Antraks tipe pencernaan terjadi karena makanan terkontaminasi bakteri Bacillus anthracis. Sehingga gastrointestinal tract atau saluran cerna terserang antraks.
Gejala yang timbul akibat gastrointestinak antraks adalah sakit perut, diare mengeluarkan darah, dan juga toksemia, yaitu tekanan darah tinggi dan ditemukannya protein di dalam urin akibat absorbsi yang tidak maksimal.
3. Antraks Paru atau Pulmonar
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa bakteri Bacillus anthracis dapat membuat spora di dalam tanah sehingga terbawa oleh udara.
Udara yang mengandung spora kemudian terhirup oleh manusia dan berakibat pada terserangnya pulmo oleh Bacillus anthracis dengan gejala sesak nafas.
4. Antraks Meningitis
Yaitu kelanjutan dari antraks kulit dan antraks pulmonar, karena bakteri Bacillus anthracis dapat menjalar menuju otak melalui peredaran darah.
Baca juga : ” Berbagai Jenis Penularan Penyakit pada Hewan “
E. Pencegahan Antraks
Untuk menghindari bahaya penyakit antraks, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penularan penyakit antraks :
- Masak daging sampai matang sebelum mengkonsumsinya
- Cek kesehatan hewan dan perhatikan kebersihan kandang
- Laporkan pada dokter hewan setempat apabila gejala antraks muncul pada ternak anda
F. Kesimpulan
Antraks merupakan penyakti yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antrhacis. Pada hewan, gejala paling menonjol yang dapat ditemukan dengan diagnosa pascamati adalah keluarnya darah berwarna merah gelap dari lubang tubuhnya.
Meskipun sudah jarang ditemukan kasus antraks di lapangan, khususnya Indoensia, penyakit antraks tetap harus diwaspadai keberadaannya. Karena bakteri Bacillus antrhacis dapat membuat spora di dalam tanah dan bisa bertahan dengan kondisi yang extrem.
Oleh karena itu, marilah kita menjaga lingkungan tetap bersih dan menjaga kebersihan tubuh agar bisa hidup dengan sehat. Sehingga aktivitas keseharian tidak terganggu.
Terima kasih telah membaca, semoga artikel ini membantu.
Daftar Pustaka :
- Barlett, John G., dkk. 2001. Management of Anthrax. CONFRONTING BIOLOGICAL WEAPONS • CID 2002:35 (1 October) • 851
- Basri, Chaerul., Nining Maria Kiptiyah. 2010. Memegang Hewan Rentan dan Menangani Produknya Berisiko Besar Tertular ANtraks Kulit di Daerah Endemis. Jurnal Veteriner Desember 2010. Vol. 11 No. 4 : 226-231. ISSN : 1411 – 8327
- Willa, Ruben Wadu. 2013. Situasi Penyakit Antraks di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 12 No 3,September 2013 : 180 – 186