Informasi kesehatan hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, serta berbagai hewan ternak meliputi sapi, kambing, domba, ayam dan lainnya. Berbagai teknologi pemberian pakan untuk kesehatan hewan ternak juga dibahas dalam website ini.
Hewan merupakan makhluk hidup yang memiliki perasaan seperti manusia. Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia terkadang membuat hewan menjadi kurang atau bahkan tidak nyaman. Pada beberapa kasus, memang sering ditemui adanya perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh seekor hewan, mulai dari hewan peliharaan, hewan ternak, bahkan hewan liar.
Tentu kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan aktivitas manusia. Karena saya sendiri juga beraktivitas. Namun, beragam faktor bisa jadi penyebab Animal Behavior Disorder yang akan kita bahas dan diskusikan lebih dalam, sedalam sumur di rumah. Gangguan perilaku atau Animal Behavior Disorder berbeda dengan gangguan kesehatan mental Mental Health Disorder. Simak tabel perbedaannya berikut ini :
Animal Behavior Disorder
Mental Health Disorder
Gangguan perilaku merujuk pada pola perilaku yang tidak sesuai yang dapat mempengaruhi interaksi hewan dengan orang lain atau lingkungannya.
Gangguan kesehatan mental merujuk pada gangguan psikologis atau emosional yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Ini mencakup berbagai kondisi seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, gangguan bipolar, dan lain sebagainya.
Menekankan pada perilaku yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari hewan.
Gangguan kesehatan mental melibatkan gejala dan perasaan yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan emosi individu.
Contoh-contoh gangguan perilaku meliputi gangguan agresi, gangguan eliminasi, noise phobia, OCD, dan kecemasan akan perpisahan.
Diagnosa yang dilakukan lebih mengacu pada pendekatan psikologis individu dengan memberikan anamnesis yang merujuk pada suatu kesimpulan.
Terapi atau intervensi untuk gangguan perilaku sering melibatkan pendekatan perilaku atau terapi kognitif untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan.
Terapi untuk gangguan kesehatan mental sering melibatkan konseling, terapi obat, atau perawatan lain yang ditujukan untuk mengatasi gejala psikologis.
Tabel Perbedaan Animal Behavior Disorder dengan Mental Health Disorder
Landsberg (2014) mengatakan bahwa kebiasaan atau perilaku seekor hewan merupakan sebuah produk dari genetik, lingkungan di mana hewan tersebut beraktivitas, dan pengalaman hewan khususnya di lingkungan sebelum dan sesudah kelahiran. Persyaratan kesejahteraan perilaku (behavioral welfare requirements) untuk pengembangan hewan ternak, kebun binatang, dan laboratorium juga sama pentingnya dengan hewan peliharaan.
Apabila ada seorang klien yang membawa pasien untuk dilakukan pemeriksaan, maka seorang dokter hewan seperti kita wajib untuk melakukan general examination yang salah satunya adalah melakukan pemeriksaan perilaku hewan, kesehatan fisik, dan kesejahteraan hewan bersama dengan pemilik atau klien. Sehingga penting untuk mempelajari bagaimana perilaku normal berbagai spesies hewan untuk dapat mengetahui abnormalitas perilaku hewan itu sendiri.
Melakukan pelayanan yang sesuai dengan standar prosedur dapat membantu seorang dokter hewan dalam melakukan identifikasi Animal Behavior Disorder. Mulai dari anamnesis hingga tindakan medis yang diberikan. Selama proses penanganan seorang dokter hewan dapat memantau perilaku hewan. Mungkin akan sedikit berbeda ketika hewan berada di rumah dengan ketika hewan berada di klinik hewan, apalagi ini adalah kali pertama hewan tersebut ke klinik hewan.
The American Animal Hospital Association(AAHA) menyebutkan beberapa permasalahan perilaku yang umum terjadi pada hewan, di antaranya adalah :
1. Agresi
Agresi dalam perilaku abnormal hewan mengacu pada perilaku agresif yang tidak normal atau berlebihan yang ditunjukkan oleh hewan. Agresi adalah respons alami dalam perilaku hewan, yang biasanya muncul sebagai reaksi terhadap ancaman, persaingan untuk sumber daya, perlindungan diri, atau penjagaan teritori (wilayah). Namun, dalam beberapa kasus, agresi hewan bisa menjadi perilaku abnormal jika itu terjadi dalam situasi atau intensitas yang tidak sesuai atau tidak ada stimulus ancaman yang nyata.
Penyebab perilaku agresif yang abnormal pada hewan dapat bervariasi, termasuk faktor genetik, lingkungan, atau sejarah pengalaman hewan tersebut. Beberapa penyebab potensial di antaranya adalah :
Gangguan Neuropsikiatrik pada hewan, seperti gangguan impulsif atau gangguan perilaku obsesif-kompulsif, dapat memicu perilaku agresif yang tidak wajar.
Kondisi lingkungan yang tidak memadai, seperti ketiadaan sumber daya, ruang terbatas, atau pengelompokan yang tidak sesuai dapat meningkatkan stres dan agresi pada hewan.
Pengalaman traumatis seperti penelantaran, penyalahgunaan, atau konflik dengan manusia atau hewan lain dalam masa lalu dapat menyebabkan perilaku agresif yang tidak normal.
Faktor Genetik. Beberapa jenis hewan mungkin memiliki predisposisi genetik untuk perilaku agresif yang tidak normal.
Ketika ada hewan dengan tingkat agresi yang tinggi, kita dapat menggunakan formulir persetujuan pelepasan tanggung jawab ketika dilakukan penanganan dengan beberapa syarat, di antaranya adalah :
Hewan apa pun yang agresif karena alasan apa pun berpotensi menyebabkan kerusakan serius dan kerugian bagi dirinya sendiri, hewan peliharaan, serta manusia lainnya.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua orang aman saat berinteraksi dengan anjing atau hewan agresif. Tindakan pencegahan ini dapat mencakup beberapa bentuk pengurungan (misalnya, kandang, peti) atau penggunaan tali pengikat, tali kekang, kalung kepala, dan penutup mulut sebagai alat bantu restrain.
Bukti vaksinasi rabies yang ada saat ini harus diberikan kepada siapa pun yang terlibat dalam pengobatan agresi.
Mengatasi masalah agresi perilaku bukanlah pengganti kepatuhan terhadap hukum setempat.
Memiliki anjing atau kucing yang agresif membawa serta tanggung jawab dan potensi pertanggungjawaban atas segala kerusakan yang terjadi pada orang atau properti. Tanggung jawab ini tidak diubah atau dialihkan dengan mencari bantuan perilaku.
Masalah yang melibatkan perilaku patologis, termasuk agresi, tidak pernah dapat disembuhkan namun dapat diobati dan dikelola. Kegagalan untuk melakukan hal ini dapat mengakibatkan euthanasia terhadap hewan tersebut.
Penting untuk memahami bahwa perilaku agresif pada hewan dapat berpotensi berbahaya dan perlu ditangani dengan hati-hati. Intervensi yang sesuai, seperti pelatihan perilaku, pengelolaan lingkungan, atau terapi perilaku hewan, mungkin diperlukan untuk mengatasi perilaku agresif yang tidak normal dan memastikan kesejahteraan hewan tersebut serta keselamatan manusia dan hewan lainnya. Konsultasikan dengan seorang ahli perilaku hewan atau seorang dokter hewan untuk menilai dan mengatasi masalah perilaku agresif pada hewan.
2. Gangguan Eliminasi
Gangguan eliminasi dalam perilaku hewan mengacu pada kelainan perilaku yang terkait dengan masalah eliminasi, yaitu proses pengeluaran kotoran atau urin. Gangguan ini sering kali melibatkan perilaku yang tidak normal atau tidak tepat terkait dengan pengosongan usus atau kandung kemih. Beberapa contoh gangguan eliminasi dalam perilaku hewan meliputi:
Inkontinensia : Inkontinensia adalah ketidakmampuan hewan untuk mengendalikan pengosongan kandung kemih atau usus dengan benar. Ini dapat menyebabkan hewan tersebut sering buang air kecil atau besar di tempat yang tidak semestinya, seperti di dalam rumah atau di tempat tidur. Inkontinensia bisa disebabkan oleh masalah medis, seperti infeksi saluran kemih atau gangguan neurologis.
Pica : Pica adalah perilaku makan barang-barang yang tidak seharusnya dimakan, seperti tanah, kayu, atau benda-benda yang tidak dapat dicerna. Hal ini dapat mengganggu fungsi sistem pencernaan dan mengarah pada masalah eliminasi yang tidak normal.
Koprolalia : Koprolalia adalah perilaku yang melibatkan mengonsumsi atau bermain dengan tinja sendiri atau tinja hewan lain. Ini adalah tindakan tidak hygienis dan bisa mengarah pada masalah kesehatan serius.
Mengunyah atau Menggali pada Feses : Beberapa hewan dapat mengembangkan kebiasaan mengunyah atau menggali pada tinja mereka sendiri atau tinja hewan lain, yang juga bisa menjadi perilaku eliminasi yang tidak normal.
Gangguan eliminasi dalam perilaku hewan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah medis, stres, kecemasan, kebiasaan yang tidak benar, atau masalah lingkungan. Penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari bantuan dari seorang dokter hewan atau ahli perilaku hewan untuk mengatasi gangguan eliminasi tersebut. Perawatan dan pengelolaan yang sesuai dapat membantu hewan mengembalikan perilaku eliminasi yang normal dan mencegah masalah kesehatan dan lingkungan (Patty, Embrace Pet Insurance).
3. Kecemasan Akan Perpisahan
Sebenarnya cukup wajar apabila seekor hewan merasa cemas. Kecemasan akan perpisahan dalam perilaku hewan, yang juga dikenal sebagai “Separation Anxiety” dalam istilah medis, mengacu pada keadaan ketidaknyamanan, stres, atau ansietas yang dialami oleh hewan ketika pemiliknya atau anggota keluarganya pergi atau meninggalkan hewan tersebut Kecemasan akan perpisahan biasanya muncul sebagai tanda-tanda tekanan klinis seperti mondar-mandir, terengah-engah, bersuara, buang air kecil, perusakan harta benda, dan air liur.
Pengelolaan kecemasan perpisahan pada hewan sering melibatkan pendekatan yang komprehensif, termasuk pelatihan perilaku, modifikasi lingkungan, obat-obatan tertentu jika diperlukan. Obat-obatan, termasuk clomipramine dan fluoxetine, keduanya telah disetujui untuk digunakan pada anjing dan harus digunakan sebagai pengobatan lini pertama pada tanda-tanda awal tekanan klinis. Durasi pengobatan yang diberikan tergantung pada seberapa parah kecemasan dan seberapa bagus respons hewan terhadap pengobatan atau terapi yang diberikan.
4. Noise Phobia
Gangguan perilaku umum pada hewan berikutnya adalah noise phobia atau ketakutan pada suara bising. Sama halnya dengan manusia, hewan juga akan merasa stres dan terganggu ketika mendengar suara yang sangat nyaring atau berisik.
Beberapa contoh suara yang seringkali menjadi pemicu noise phobia pada hewan termasuk petir, kembang api, suara tembakan, atau suara-suara mesin yang keras. Hewan dengan gangguan noise phobia dapat menunjukkan perilaku seperti berikut ini :
Bersembunyi atau mencoba melarikan diri saat terdengar suara yang menakutkan.
Bergetar atau menggigil dalam ketakutan.
Menjadi sangat gelisah dan tidak dapat ditenangkan saat terdengar suara tersebut.
Melakukan tindakan merusak seperti menggali atau mengunyah benda-benda untuk mencoba melawan ketakutannya.
Penanganan noise phobia pada hewan melibatkan bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan. Salah satunya adalah Desensitisasi yang melibatkan mengenalkan hewan secara perlahan kepada suara yang menakutkan dengan tingkat intensitas yang rendah, sehingga hewan dapat terbiasa dan kurang merasa takut.
5. OCD
Berikutnya adalah OCD (Obsessive Compulsive Disorder). OCD selain pada manusia juga bisa terjadi pada hewan. Dalam hal ini hewan menunjukkan perilaku obsesif dan kompulsif yang tidak normal dan mengganggu. Perilaku obsesif adalah perilaku yang repetitif, mengganggu, dan sulit dihentikan, sedangkan perilaku kompulsif adalah respons atau tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan atau obses
Frank (2013) menyebutkan di antara contoh OCD pada hewan adalah :
Menjilat diri secara berlebihan : Beberapa hewan mungkin menjilat diri mereka sendiri hingga kulit mereka mengalami kerusakan, dan ini dapat menjadi perilaku obsesif. Seperti kucing milik saya, sepertinya dia memiliki OCD.
Menjilat atau menggigit benda-benda : Hewan mungkin menjilat atau menggigit benda-benda, seperti lantai, dinding, atau benda-benda lain secara berlebihan.
Mengulang gerakan tubuh atau tindakan : Hewan dapat mengulang gerakan tubuh tertentu atau tindakan dengan frekuensi yang tinggi, seperti menggoyangkan kepala atau menjalani rutinitas yang sama berulang kali.
Merapikan benda-benda : Beberapa hewan mungkin memiliki kecenderungan untuk merapikan atau mengatur benda-benda secara berlebihan. Rapinya hewan dengan manusia tentu berbeda ya sobat, mereka lebih mengacu pada letak benda.
Itulah beberapa gangguan perilaku umum pada hewan yang kita bahas kali ini. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Sehingga bisa terus memajukan kesejahteraan manusia melalui kesejahteraan hewan, manusya mriga satwa sewaka and viva veteriner !
Daftar Pustaka
Frank D. 2013. Repetitive behaviors in cats and dogs : are they really a sign of obsessive-compulsive disorders (OCD). Can Vet J. PMID: 23904634.
Landsberg, Gary M. 2015. Overview of Behavioral Medicine. MSD Manual – Veterinary Manual.
Patty, Khuly. Inappropriate Elimination. Feline. Embrace Pet Insurance.
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Airlangga. Berusaha memberikan pelayanan Kesehatan Hewan dengan Fokus pada Pencegahan dan Perawatan secara Holistik.